Jumat, 23 Oktober 2009

Target & Harapan Presiden untuk Kabinet INdonesia Bersatu II

Catatan: TUliasn ini diambil dari harian Kompas, Sabtu, 24 Oktober 2009, dengan Judul tulisan: "Target Menteri Lebih Ambisius" Saya tidak mengambil secara keseluruhan tetapi beberapa bagian saja. Selamat membaca....


Jakarta, Kompas - Dalam sidang kabinet paripurna pertama periode kedua pemerintahannya, Jumat (23/10), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menekankan agar para menteri kabinet baru memasang target yang lebih ambisius untuk mendongkrak peningkatan capaian. Sidang yang berlangsung sehari setelah pelantikan menteri itu digelar di ruang sidang utama Gedung Sekretariat Negara di kompleks Istana Kepresidenan.

Salah satu indikator pembangunan yang disebut Presiden adalah pencapaian pertumbuhan ekonomi 7 persen atau lebih pada tahun 2014. Program pengurangan angka kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran harus berjalan efektif. Penegakan hukum dan pemberantasan korupsi harus menjadi prioritas. Ditekankan pula masalah pembangunan inklusif dan berkeadilan antarsektor dan antardaerah.

Terkait target yang lebih ambisius, Presiden menekankan pentingnya pencapaian diraih dengan tata kelola pemerintahan yang baik, termasuk reformasi birokrasi. Dalam sektor pendidikan perlu dilakukan reformasi pendidikan kedua dan adanya reformasi kesehatan pertama.

Dalam kesempatan itu juga, Presiden memperkenalkan tiga semboyan yang diharapkan akan menyemangati anggota kabinet selama mengemban tugas. Presiden meminta para menteri menjaga keberlanjutan program kerja, membuat perubahan yang diperlukan, mengatasi sumbatan pertumbuhan, dan menjaga soliditas kabinet sebagai satu tim kerja.

Tiga tagline atau semboyan Kabinet Indonesia Bersatu II yang diperkenalkan Presiden dituliskan dalam bahasa Inggris. ”Tagline itu sesuatu yang mengingatkan kita akan menuju ke mana, dengan semangat apa kita melangkah, yang harus kita ingat selama mengemban tugas,” ujarnya.

Semboyan pertama adalah ”Change and Continuity” (perubahan dan keberlanjutan). Presiden mengingatkan, sebagian program Kabinet Indonesia Bersatu I periode 2004-2009 yang dipimpinnya perlu dilanjutkan sejauh masih relevan. Meski demikian, dibutuhkan perubahan dan perbaikan jika program sebelumnya tidak mencapai sasaran.

”Jangan malu-malu melanjutkan policy pejabat sebelumnya. Wah, sekarang, kan, menterinya saya, yang lain masukkan ke laci, keliru itu. Saya tak ingin Saudara gegabah tergesa mengubah kebijakan, padahal kebijakan itu kebijakan saya yang masih harus berlanjut lima tahun mendatang,” ujar Presiden.

Semboyan kedua adalah ”De-bottlenecking, Acceleration, and Enhancement” (penguraian hambatan, percepatan, dan peningkatan). Presiden mengatakan, ia masih melihat banyak ”kemacetan” dalam berbagai bidang, antara lain tata ruang dan perizinan. Jalan keluar mesti dicari sebagai bagian dari upaya menguraikan hambatan itu. Selanjutnya dilakukan percepatan, yakni meringkas proses yang bertele-tele. Para anggota kabinet juga diminta memasang target yang lebih ambisius untuk mendongkrak peningkatan capaian.

Semboyan ketiga adalah ”Unity, Together We Can” (bersatu, bersama kita bisa). Presiden mengingatkan, seberapa hebat keahlian setiap menteri tidak akan banyak bermanfaat jika tidak disinergikan dengan anggota-anggota kabinet lainnya. ”’Unity, Together We Can’. Harus kita satukan potensi ini. Bersama kita bisa. Ke situ akhirnya. Tidak mungkin menteri perindustrian jalan sendiri tanpa sinergi dengan Menteri Perdagangan, Menteri Negara Koperasi dan UKM, Menteri Keuangan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, dan sebagainya. Demikian juga menteri-menteri yang lain,” tuturnya.

Presiden mengingatkan, terdapat tiga menteri koordinator yang bertugas mengoordinasikan para menteri di jajaran masing-masing. Namun, para menteri koordinator juga tidak bisa berjalan dengan sudut pandangnya sendiri-sendiri tanpa menimbang jajaran lain.
”Ada Kepala Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan, yang 24 jam ibaratnya, 7 hari seminggu, untuk memastikan semua berjalan. De-bottlenecking, karena unit kerja presiden adalah mata saya, telinga saya, tangan saya, untuk melakukan sesuatu jika perlu,” kata Presiden Yudhoyono.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar