Minggu, 28 Maret 2010

Untukmu Negeriku

Oleh: Romald Kahardi

Aku bangga bangsaku
Indonesia tumpah darahku
kemilau indah tanah pertiwi
menggelorakan jiwa dan nurani

Aku bangga bangsaku
Elok rukun damai
Pluralitas tumbuh subur
Tiada bumi bertirai dua
nusa satu
bangsa satu
tujuan satu
Indonesia jaya

Kemanapun aku berpijak
Indonesiaku tetap jaya
Tiada batak
tiada flores
tiada ambon
tiada papua
tiada katolik
tiada islam
tiada buddha
tiada hindu
semua jadi satu
satu dalam citra
satu dalam nama
Indonesia
Negeri serba tumbuh
negeri serba toleran

INdonesia
bumi impian
negeri harapan
tanah terjanji
tumpah darah
nusa penuh impian
bangsa penuh panorama
tanah kemilau indah
elok tiada banding
satu di tengah dunia
jayalah negeriku
jayalah bangsaku
Harapan nan rupawan
cita-cita nan luhur
dari rahim anak negeri
jayalah bangsaku

Doaku
biarkan bangsa ini
hidup tenteram
damai
Penuh sukacita
menghargai keragaman
toleran dalam perbedasan
satu dalam cita
Indonesia jaya!

Puisi Kehidupan

Oleh: Romald Kahardi
Hari selalu berganti
Siang - malam berlalu
ganti silih berganti
Roda bumi berputar
itulah dunia kehidupan.

Ada canda
ada tawa
tutur tegur dan sapa
ada salam
selamat, jumpa dan pisah
Itulah kehidupan

Ada melodi
lirik dan lagu
Berdendang ria
mengisi kekosongan jiwa
itulah kehidupan

Goresan pena
menukik jiwa
Jiwa meronta
meluapkan kata
terucap tanya
sedang apa
kapan
Mengapa dengan ini dan itu
itulah kehidupan

Ada suka
ada duka
kecemasan dan keperihan
senyum tanda ceria
berbinar dari hati ke hati
itulah kehidupan!

Hati selalu tanya
ada apa
bagaimana
kemana arah tujuan hisup
Entahkah hidup ini bermakna
berfaedah
untuk kehidupan?

Guratan puisi
olahan jiwa
tertuang dalam kertas putih
kertas penuh coretan
terukir kata dan kalimat
inilah puisi kehidupan

Dimana insan berkiprah
di sana hidup berhinggap
dimana kata terucap
di situ tegus sapa terucap
di situ tegur sapa bercanda
Dimana kata tak terucap
di situ diam bicara
Bicara dalam keheningan
itulah kehidupan

Kehidupan selalu mengalir
mengalir dalam waktu
di antara ada dan tiada
di antara tanya dan jawab
di antara bumi dan langit
semua serba ada
inilah kehidupan
hidup harus dimakna
biar bermakna buat yang lain
Hidup untuk semua
Itulah kehidupan!

Sabtu, 20 Maret 2010

TANYA DALAM SEPI

By: Romald kahardi

Bangun pagi
tanpa kata terucap
tiada doa terpanjatkan
tiada sapa terucap

semua serba diam
serba sepi
menyeremkan
menyebelkan
bagi ditengah rimba

Bangun pagi
terus mandi
empasan air membercik ria
menampar tubuh riak

Bangun pagi
sapaan alam tak terjawab
bagai bertepuk dalam hayal
pingin hati berteriak lirih
ada apa kata tak terucap
sapa tak tertanya
entahkah semuanya berlalu?

Doaku
pintaku
moga
badai kebisuan ini cepat berlalu
dari balik nuraniku
AMIN!

Kamis, 18 Maret 2010

BIOLA BAGI PEMULA

By: Romald kahardi

Pengantar

Musik adalah panorama jiwa, musik juga merupakan penyejuk dan peneduh jiwa manusia. Dengan musik orang mengungkapkan diri. Dengan musik orang berekspresi dan mengekspresikan diri. Dewasa ini ada banyak sekolah / tempat kursus musik dibuka dan tiap tahun membuka kelas baru dengan pelbagaii jenjang / kategori. Belajar tidak mengenal batasan usia. Entah belajar apa saja dan tentang apapun, tak terkeculai belajar musik. Dalam ulasan ini, saya coba mendalami tentang Biola. Alat musik gesek yang sudah tua usianya. Mari kita bertolak lebih dalam. Perlu saya tegaskan bahwa ulasan atau penjelasan saya tentang Biola ini diambil dan disaring dari usaha pembelajaran saya melongok di dunia maya. Dan dari buku-buku musik yang saya baca. Mudah-mudahan bermanfaat!
Biola adalah sebuah alat musik dawai yang dimainkan dengan cara digesek. Biola memiliki empat senar (G-D-A-E) yang disetel berbeda satu sama lain dengan interval sempurna kelima. Nada yang paling rendah adalah G. Di antara keluarga biola, yaitu dengan viola dan cello, biola memiliki nada yang tertinggi. Alat musik dawai yang lainnya, bas, secara teknis masuk ke dalam keluarga viol. Kertas musik untuk biola hampir selalu menggunakan atau ditulis pada kunci G.
Sebuah nama yang lazim dipakai untuk biola ialah fiddle, dan biola seringkali disebut fiddle jika digunakan untuk memainkan lagu-lagu tradisional.

Di dalam bahasa Indonesia, orang yang memainkan biola disebut pemain biola (pebiola), atau violinis (Inggris: Violinist - bedakan dengan violis atau pemain viola). Orang yang membuat atau membetulkan alat musik berdawai disebut luthier.
Sejarah biola

Alat musik dawai yang mula-mula biasanya dimainkan dengan cara dipetik (misalnya harpa tangan Yunani). Alat musik gesek diperkirakan berasal dari budaya penunggang kuda di kawasan Asia tengah, contohnya alat musik bangsa Mongolia Morin huur. Alat musik gesek berdawai dua bangsa Turkik dan Mongolia dawainya dari surai kuda, dimainkan dengan busur surai kuda, dan memiliki ukiran kepala kuda di bagian kepalanya. Biola, viola, dan cello yang busurnya masih dibuat dari surai kuda, adalah peninggalan bangsa nomaden tersebut.
Dipercayai bahwa alat musik ini pertama kali dibawa ke Asia Timur, India, Bizantium dan Timur Tengah; di tempat-tempat tersebut mereka menyesuaikan dengan lingkungannya dan berkembang menjadi alat musik erhu, esra, harpa tangan Bizantium, dan rebab. Biola dalam bentuk modern bermula dari Italia Utara pada awal abad ke-16, terutama di kota pelabuhan Venice dan Genoa yang berhubungan langsung ke Asia Tengah lewat jalur sutera.
Biola Eropa modern dipengaruhi oleh berbagai alat musik, terutama dari Timur Tengah dan Bizantium. Tiga jenis alat musik mula-mula yang biasanya disebut sebagai cikal-bakal biola adalah rebec (yang diturunkan dari harpa tangan Bizantium dan rebab), vielle (biola abad Renaisans), dan lira da braccio (yang juga diturunkan dari harpa tangan Bizantium). Salah satu deskripsi terawal tentang biola, termasuk cara penyetelannya, ada di dalam Epitome musical karya Jambe de Fer, yang diterbitkan di Lyon pada 1556.] Perlahan-lahan biola mulai menyebar ke seluruh Eropa.
Biola tertua yang pernah dicatat yang memiliki empat senar seperti biola modern dibuat oleh Andrea Amati pada tahun 1555, walaupun tahun tepatnya diragukan. (Biola yang lebih awal hanya memiliki tiga senar, disebut violetta.) Biola seketika menjadi populer, baik di antara para pemusik jalanan maupun para bangsawan, terbukti bahwa raja Perancis Charles IX menyuruh Amati untuk membuat 24 biola untuknya pada tahun 1560.[8] Biola tertua yang masih ada saat ini adalah salah satu dari ke-24 biola ini, dan diberi nama "Charles IX", dibuat di Cremona c. 1560. Biola jaman Renaisans yang paling bagus dengan ukiran dan hiasan adalah Gasparo da Salò (1574 c.) yang pertama-tama dimiliki oleh Ferdinand II, Adipati Agung Austria, dan selanjutnya, sejak 1841, oleh virtuoso Norwegia Ole Bull, yang menggunakannya selama empat puluh tahun dan ribuan konser. Saat ini biola tersebut berada di Vestlandske Kustindustrimuseum di Bergen, Norwegia. "The Messiah" atau "Le Messie" (juga dikenal sebagai "Salabue") yang dibuat oleh Antonio Stradivari pada 1716 belum pernah sekalipun dipakai. Biola tersebut berada di Museum Ashmolean di Oxford.

Terjadi perubahan yang cukup besar pada pembuatan biola pada abad ke-18, terutama dalam hal panjang dan sudut leher biola. Mayoritas alat musik yang lama telah diperbarui sesuai standar yan baru ini, dan maka dari itu jelas berbeda dari keadaan alat musik tersebut ketika diselesaikan oleh seniman pembuat biola, termasuk perbedaan dalam hal suara dan respons. Namun alat-alat musik ini dengan kondisi mereka pada saat ini menjadi standar kesempurnaan pada seni pembuatan biola dan suara biola, dan pembuat biola di seluruh dunia berusaha untuk mendekati ideal tersebut sedapat mungkin.

Hingga hari ini, alat musik dari "Jaman Keemasan" pembuatan biola, terutama yang dibuat oleh Stradivari dan Guarneri del Gesù, adalah alat-alat musik yang paling diburu oleh kolektor dan pemain biola. Rekor harga biola saat ini untuk biola Stradivari adalah AS$3.544.000 dalam sebuah lelang pada 16 Mei 2006. Semua biola Stradivarius memiliki nama unik; biola termahal Stradivari bernama "Hammer" ("Palu") yang dibuat pada tahun 1707.
Bagian biola

Sebuah biola dibagi menjadi beberapa bagian; badan biola, leher biola, jembatan biola, papan jari, senar, dan beberapa macam perangkat pembantu. Perangkat pembantu tersebut antara lain pasak penyetel untuk setiap senar, ekor biola untuk menahan senar, pin dan tali untuk menahan ekor biola, beberapa penyetel tambahan pada ekor biola bila diperlukan, dan sebuah penyangga dagu. (Penyangga dagu tersebut dapat tergabung dengan ekor biola ataupun dipasang di sebelah kirinya.)

Badan biola terdiri atas dua papan suara yang melengkung yang disatukan oleh kayu yang disebut iga biola yang dilem menggunakan lem binatang, lem kulit binatang, atau resin. Iga biola biasa terdiri dari bagian atas, keempat sudut, bagian bawah, dan garis tipis yang disebut lapisan dalam, yang membantu mempertahankan lekukan pada iga biola, dan memperluas permukaan untuk pengeleman. Dipandang baik dari depan maupun dari belakang, badan biola menyerupai bentuk jam pasir. Dua buah lekukan menyerupai huruf C pada kedua sisi samping biola memberikan ruang bagi busur biola untuk bergerak.

Umumnya permukaan atas biola dibuat dari kayu spruce, sejenis kayu cemara, yang dipahat sehingga memiliki bentuk yang simetris dan diberi dua lubang suara (atau lubang-F, diberi nama demikian karena bentuknya). Lubang suara tersebut mempengaruhi kelenturan suara biola, dan juga sebagai "lubang nafas" biola pada saat udara beresonansi di dalamnya. Pada pinggir permukaan ini, dibentuk suatu lekukan garis yang disebut purfling, tujuannya ialah menghalangi retakan yang berasal dari pinggir. Purfling palsu yang dicat pada permukaan biola biasanya menandakan kualitas biola yang rendah. Sebuah balok kayu kecil dipasang di dalam permukaan atas biola, sejajar dengan jembatan biola di atasnya, untuk menambah massa serta kekerasan permukaan atas biola.

Bagian belakang dan samping biola dibuat dari kayu mapel, biasa dipilih yang memiliki alur yang sama. Bagian belakang biola umumnya dibuat dari kayu utuh yang dipahat secara simetris. Bagian ini sering pula dibentuk purfling walaupun dalam hal ini tidak seberapa berpengaruh terhadap biola itu sendiri. Beberapa biola antik dibubuhi tulisan tangan atau diberi lapisan cat sebagai ganti purfling pada bagian belakang biola. Sebuah tonjolan setengah lingkaran kecil yang terdapat pada bagian yang dekat dengan leher biola memberikan permukaan tambahan pada saat pengeleman. Tonjolan tersebut penting untuk sambungan antara leher dan badan biola, namun pada saat mengukur panjang biola bagian ini tidak dihiraukan.

Leher biola biasanya terbuat dari kayu mapel yang setipe dengan bagian belakang dan samping badan biola. Pada leher biola terdapat papan jari yang dibuat dari kayu eboni atau kayu lain yang dicat hitam. Kayu eboni sering dipilih oleh pengrajin biola karena sifatnya yang keras, menawan, dan tahan lama. Beberapa biola yang sangat tua menggunakan kayu mapel untuk papan jarinya, dan dipernis dengan kayu eboni. Pada ujung papan jari yang atas terdapat segaris kayu yang menonjol, biasa kayu eboni atau gading, yang disebut sadel atas. Tonjolan ini digunakan untuk menahan senar, sama seperti jembatan biola digunakan untuk hal yang sama di bagian badan biola.

Jembatan biola dipahat dengan hati-hati dari kayu mapel dan memiliki beberapa kegunaan: lengkungan atasnya menahan senar pada ketinggian tertentu dari papan jari dalam bentuk melengkung supaya dapat digesek sendiri-sendiri (atau bersamaan) dan menghantarkan getaran suara dari senar ke badan biola. Jembatan ini setelah dipasang juga dapat digerakkan untuk menyetel bunyi biola.

Bagian Ekor biola adalah tempat menambatkan ujung bawah senar yang diselipkan ke dalam masing-masing dari empat lubangnya. Seringkali untuk senar E juga diberi penyetel tambahan untuk mempermudah penyetelan, namun untuk senar-senar yang lain juga dapat dipasangi penyetel tambahan ini. (Beberapa pemain tidak mau menambahi penyetel tambahan karena dapat memperberat biola dan merubah kualitas suara yang dihasilkan.)
Busur biola

Busur biola terdiri dari sebatang kayu dan berhelai-helai rambut kuda yang dipasang dari satu ujung tongkat ke ujung yang lain. Pada ujung bawahnya terdapat semacam sekrup yang digunakan untuk mengencangkan (saat akan dimainkan) atau mengendurkan (saat akan disimpan) rambut tersebut. Di dekat sekrup tersebut juga terdapat pegangan jempol serta jari-jari yang lain.

Rambut yang digunakan untuk busur biola ini biasanya diambil dari rambut ekor kuda putih jantan (rambutnya juga selalu bewarna putih keemasan), meskipun busur-busur yang lebih murah menggunakan serat sintetis. Jika busur biola rajin digosok dengan gala (Bahasa Inggris: rosin) akan membuat 'cengkeraman' busur ke senar menjadi lebih stabil dan terkontrol (tidak gampang lepas), dan dapat membantu teknik getaran. Batang kayu yang digunakan biasanya dibuat dari kayu pernambuco untuk hasil yang terbaik atau dari kayu brasil yang lebih murah, dan busur yang murah biasanya menggunakan serat gelas. Inovasi terakhir telah memungkinkan serat karbon untuk digunakan sebagai materi pembuatan batang kayu busur biola.

Senar biola

Senar dibuat dari usus domba, direntangkan, dikeringkan, lalu dipelintir. Pada suatu ketika ditemukan bahwa senar usus ini dapat dikembangkan dengan cara dicampuri logam. Hasil yang diperoleh dari proses ini adalah senar yang lebih kuat dan lebih seimbang, dan karena lebih padat dapat disetel dengan tekanan yang lebih besar, menghasilkan volume yang lebih besar pula. Dibanding dengan senar sintetis yang banyak digunakan sekarang, senar usus memiliki bunyi yang lebih hangat, seperti suara nyanyian.

Senar modern menggunakan baja padat, baja untingan, atau berbagai bahan sintetis. Semua senar untingan dan beberapa senar padat dilapisi dengan bermacam-macam logam untuk menyesuaikan massanya, diameternya, dan kadar airnya . Senar tertinggi E biasanya dari baja padat, yang kadang dicampur aluminium untuk mencegah "siulan". Lapisan emas mencegah karat pada senar dan juga mengurangi "siulan". Baja tahan karat menghasilkan suara yang sedikit berbeda. Senar berinti sintetis menggabungkan kualitas yang dihasilkan senar usus dengan ketahan-lamaan dan stabilitas penyetelan. Senar ini lebih sensitif kepada perubahan kelembaban daripada senar usus, dan tidak begitu sensitif terhadap perubahan temperatur daripada senar logam.
Ukuran biola

Anak-anak yang mulai belajar biola pada saat belum bertumbuh maksimal biasanya menggunakan biola yang berukuran lebih kecil yang dimulai dari yang terkecil 1/16, 1/10, 1/8, 1/4, 2/4 (1/2), 3/4, dan biola untuk dewasa 4/4. Kadang kadang biola berukuran 1/32 juga digunakan (ukurannya sangat kecil).

Panjang badan (tidak termasuk leher) biola 'penuh' atau ukuran 4/4 adalah sekitar 36 cm (atau lebih kecil menurut beberapa model dari abad ke-17). Biola 3/4 sepanjang 33 cm, 1/2 sepanjang 30 cm. Sebagai perbandingannya, viola 'penuh' berukuran sekitar 40 cm.

Untuk menentukan ukuran biola yang cocok digunakan oleh seorang anak, biasanya sang anak disuruh memegang sebuah biola dan tangannya harus sampai menjangkau hingga ke gulungan kepala biola. Beberapa guru juga menganjurkan ukuran yang lebih kecil semakin baik.
Pemula biasanya menggunakan penanda di papan jari untuk menandai posisi jari tangan kiri, namun begitu terbiasa maka akan dilepaskan. Cara yang lain adalah dengan memberi setitik 'tip-ex' putih sebagai penanda posisi jari yang lama-lama akan hilang jika terus berlatih.
Biola biasanya digunakan dengan tangan kanan memegang busur dan tangan kiri menekan senar, meskipun orang tersebut adalah kidal, namun dalam beberapa kasus terkadang seseorang juga dapat memainkannya secara kebalikan.
Bermain biola

Walaupun ada beberapa pemain biola yang memainkan dengan kidal, namun mayoritas pemain biola, kidal maupun tidak kidal, bermain dengan biola di tangan kiri dan busur di tangan kanan. Cara yang benar untuk bermain biola adalah dengan memegang biola dengan tangan kiri, dan penyangga dagu pada biola diapit dengan dagu dan pundak kiri, dapat dibantu dengan penyangga bahu, namun banyak pemain yang memilik tidak menggunakannya. Bermain biola dapat dilakukan dengan berdiri maupun duduk di kursi, sesuai selera pemain.

Cara membunyikan biola dapat dengan digesek dengan busur maupun dipetik dengan jari tangan kanan (teknik ini disebut dengan pizzicato). Walaupun untuk pemain biasa memetik senar biola dengan teknik pizzicato selalu dilakukan dengan jari tangan kanan, namun ada pula pemain yang memetik dengan tangan kiri dan lagu-lagu khusus yang memerlukan kecepatan tinggi antara menggesek dengan busur dan memetik dengan jari sehingga jari tangan kiri yang digunakan.
Tangan kiri

Karena biola tidak memiliki fret seperti gitar sebagai penanda jari, seorang pemain biola harus benar-benar tahu di mana letak suatu nada dengan menggunakan perasaan. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan berlatih terus menerus sehingga jari-jari tangan dapat secara otomatis menekan nada yang diinginkan dengan tepat (ingatan otot). Selain melatih jari, pemain biola juga harus melatih telinga sehingga dapat membedakan nada-nada sumbang, walaupun hanya sedikit saja.

Teknik yang digunakan oleh para pemula untuk menandai letak nada pada biola antara lain dengan selotip yang ditempelkan pada leher biola, atau dengan menggunakan Tip X putih untuk menandai posisi jari. Setelah latihan dengan rajin, seorang pemula diharapkan akan dapat mengingat-ingat dan meninggalkan metode-metode di atas dan mengandalkan refleks saja. Metode ini dianggap kurang begitu baik karena mengandalkan indra penglihatan, bukan pendengaran, sedangkan dalam bermain biola mengetahui posisi jari bukan melalui penglihatan, karena pemain juga harus membaca not musik, melainkan harus melalui pendengaran.

Latihan pendengaran untuk pemula sebaiknya dilakukan sejak dini agar fondasinya kokoh. Salah satu teknik yang sering digunakan adalah dengan melatih bunyi yang sama. Keempat senar biola memiliki empat 'nada terbuka' atau 'senar terbuka', yaitu G-D-A-E (diberi warna hitam pada gambar), nada yang berbunyi jika senar digesek tanpa ditekan oleh jari. Keempat nada terbuka ini akan turut bersuara jika nada serupa pada senar lain dibunyikan (karena persamaa frekuensi), misalnya senar D akan berbunyi jika nada D (kiri bawah pada gambar) pada senar G dibunyikan. Pada posisi pertama ada sembilan 'nada tertutup' (atau 'senar tertutup', yaitu nada yang berbunyi jika ditekan oleh jari) yang memiliki resonansi akustik dengan keempat nada terbuka di atas.
Posisi jari

Jari tangan biasanya diberi nomor 1 (telunjuk) hingga 4 (kelingking), dan not-not musik, terutama untuk para pemula, diberi penomoran demikian untuk menandai jari mana yang harus digunakan. Nomor 0 berarti nada terbuka (jari tidak menekan senar). Bagan di samping menunjukkan posisi pertama pada biola, yaitu nada-nada yang dapat ditekan oleh jari tanpa harus menggeser posisi tangan. Yang tidak terlihat pada gambar di samping adalah jarak antara nada-nada tersebut yang semakin tinggi semakin kecil jaraknya. Garis biru menandakan posisi selotip untuk jari 1-2-3 yang biasa digunakan oleh pemula.

Posisi jari, seperti yang telah disinggung di atas, merupakan istilah untuk menggambarkan letak tangan relatif terhadap leher biola. Posisi natural (yaitu posisi dasar) disebut Posisi 1; pada posisi ini tangan kiri memegang leher biola secara natural, jari-jari tangan dapat digunakan untuk memainkan seluruh tangga nada G mulai dari senar G dengan nada tertinggi nada B pada senar E. Pada biola maupun alat-alat musik gesek lainnya posisi ini merupakan posisi yang paling sering digunakan.

Dengan menggeser posisi tangan kiri turun ke arah badan biola maka dikatakan posisinya telah berubah. Posisi 2 dicapai dengan memposisikan jari telunjuk (jari 1) pada jari 2 di posisi 1, dengan kata lain posisi jarinya bergeser satu; Posisi 2 memiliki jangkauan mulai dari nada terendah B di G dan nada tertinggi C# di E. Posisi ketiga dari C di G hingga D# dan seterusnya. Setelah Posisi 5 biasanya hanya pemain yang mahir yang menggunakannya untuk dapat memainkan nada-nada tinggi di senar E, dan biasanya sudah tidak diberi nama lagi (mis. walaupun secara teori ada Posisi 15, posisi yang dianggap tertinggi, namun hal tersebut tidak pernah diajarkan secara lisan). Batas atas nada biola tergantung pada tingkat kemahiran pemain seorang pemain biola, yang dapat dengan mudah bermain dua tangga nada pada satu senar, atau maksimal empat tangga nada pada keempat senar. Posisi terendah biasanya disebut Posisi ½, yaitu di antara nada terbuka dan Posisi 1, walaupun posisi ini jarang digunakan.

Senar yang digunakan untuk memainkan suatu nada biasanya mempengaruhi kualitas nada, atau yang disebut dengan timbre, yang dihasilkan. Contohnya, walaupun nada E rendah dapat dimainkan di senar G (Posisi 2 - Posisi 5) dan di senar D (Posisi 1), namun terkadang penulis musik menginginkan nada tersebut dimainkan di senar tertentu, contohnya dengan markah sul G yang berarti 'dimainkan di senar G' dan seterusnya. Jika tidak disebutkan secara eksplisit, maka seorang pemain dapat secara bebas menggunakan senar yang dipilihnya.
Senar terbuka

Menggesek ataupun memetik nada terbuka (senar terbuka) — yakni nada yang dibunyikan tanpa menekan senar dengan jari — memiliki suara yang khas dan berbeda dengan nada yang sama yang dibunyikan secara tertutup (ditekan oleh jari), misalnya nada terbuka D (di senar D) dan nada D pada senar G. Hal ini dikarenakan getaran senar yang lebih leluasa pada sadel atas jika tidak dihalangi oleh jari tangan. Selain dari nada G rendah, yang hanya memiliki satu cara untuk memainkannya, biasanya pemain musik biola klasik cenderung menghindari bunyi nada terbuka, karena kualitas nadanya yang lebih 'kasar' — terutama nada terbuka E — dibanding nada-nada tertutup lainnya, dan pemain tidak dapat menggunakan teknik getaran (vibrato) pada nada terbuka, walaupun bagi pemain yang mahir hal ini dapat diakali dengan cara melakukan teknik vibrato pada nada yang satu oktaf lebih tinggi dari nada terbuka tersebut.

Beberapa penulis musik dapat membubuhkan tanda di musiknya jika sebuah nada perlu dimainkan dengan menggunakan senar terbuka, seperti pada karya-karya awal komponis seperti Bach. Nada terbuka juga dapat dimainkan pada bagian musik yang cepat, yang suaranya kurang lebih tidak dapat dibedakan.
Pemberhentian ganda

Pemberhentian ganda merupakan istilah untuk teknik memainkan biola dengan menggesek dua nada tertutup pada dua senar yang berbeda secara bersamaan, yang menghasilkan bunyi kord. Teknik pemberhentian ganda juga dapat dimainkan hanya dengan satu nada tertutup dan nada lainnya merupakan Senar terbuka. Tiga atau empat nada juga dapat dimainkan secara bersamaan oleh pemain yang mahir, yang masing-masing disebut dengan 'pemberhentian ganda tiga' dan 'pemberhentian ganda empat' (nada-nadanya dapat dimainkan secara bersamaan atau dengan melakukan teknik pemberhentian ganda dua kali)

Getaran

Getaran atau vibrato merupakan teknik menggetarkan senar dengan jari yang menekan senar. Senar digeser dengan cepat maju-mundur sehingga menimbulkan suara bergetar. Teknik ini juga biasa disebut vibrasi.

Harmonik
Nada harmonik pada biola dibunyikan dengan menyentuh (bukan menekan) senar pada posisi tertentu yang menyebabkan timbulnya suara yang lebih tinggi dari suara nada pada posisi yang sama jika ditekan.
Tangan kanan

Tangan kanan sebagai pemegang busur memiliki peranan penting dalam menciptakan suara. Tangan kanan bertanggung jawab dalam hal kualitas nada, ritme, dinamik, artikulasi, dan timbre. Dengan mengetahui teknik-teknik menggesek busur yang baik, maka seorang pemain dapat mengatur suara yang dihasilkan oleh biola.

Teknik yang terpenting dalam menggesek biola adalah cara memegang busur. Biasanya busur dipegang dengan jempol yang dimasukkan di sela-sela ujung bawah busur. Jari-jari yang lain diletakkan di sebelah atas busur.

Suara yang dihasilkan akan lebih keras jika busur digesek dengan kecepatan tinggi atau dengan memberi tekanan pada senar biola. Kualitas suara yang dihasilkan berbeda, jika senar semakin ditekan oleh busur, maka suara yang dihasilkan akan semakin kasar.
Posisi senar yang digesek juga mempengaruhi suara yang dihasilkan. Senar yang digesek di dekat jembatan biola (sul ponticello) akan lebih besar suaranya daripada jika digesek jauh dari jembatan biola.

Ada banyak teknik menggesek biola yang memungkinkan berbagai macam pemain untuk menghasilkan berbagai macam suara, termasuk di antaranya adalah legato, collé, ricochet, sautillé, martelé, spiccato, dan staccato.
Petikan
Petikan atau pizzicato (disingkat pizz.) menandakan teknik memetik senar biola dengan jari tangan kanan.
Teknik busur lainnya
Col legno
(Italia: col legno - dengan kayu) - membunyikan senar dengan bagian kayu busur, bukan surainya.
Spicacto
memantul-mantulkan busur pada senar dengan kecepatan sedang, biasanya dilakukan dengan permainan jari yang cepat.
Tremolando
pengulangan yang sangat cepat (biasanya satu nada saja, namun terkadang lebih dari satu) yang dilakukan dengan puncak busur.
Peredam suara

Sebuah peredam suara dapat dipasangkan pada jembatan biola untuk menghasilkan nada yang lebih pelan. Piranti ini dapat berupa jepitan seperti penjepit baju dari plastik maupun sebuah pengganjal dari karet atau besi.

Selain untuk latihan di tempat yang tidak memungkinkan untuk bersuara keras, beberapa musik juga secara khusus dituliskan con sordino (sering disingkat con sord, sord, sordino) yang berarti "diam" dalam bahasa Italia. Pemain lalu memasangkan peredam suara tersebut. Jika pada musik tertulis senza sordino (atau senza sord) maka alat tersebut dilepas.

Dalam musik bahasa Inggris, istilah yang digunakan adalah mute dan unmute. Ekuivalensinya dalam bahasa Jerman dan Perancis adalah mit Dämpfer (Dämpfer auf)—ohne Dämpfer (Dämpfer ab/weg) dan sourdine.

Jika bahasa menjadi kendala, maka seorang pemain biola dapat membubuhkan tanda yang berarti "diam" dan peredam suara dipasang dan yang berarti peredam suara dilepas pada kertas musik mereka. Contohnya adalah pada karya seperti Simfoni No.4 (Mahler) dalam bahasa Jerman yang berulang-ulang terdapat petunjuk untuk memasang dan melepas peredam suara.

Aliran musik biola
Klasik

Sejak zaman Barok dan Rococo biola telah menjadi alat musik yang vital dalam seni musik Barat karena beberapa sebab. Nada yang dihasilkan biola terdengar dengan lebih jelas dari alat musik klasik yang lain, menjadikannya cocok untuk memainkan bagian melodi musik. Jika dimainkan oleh orang yang ahli, maka biola merupakan alat musik yang sangat cepat dan dapat memainkan rentetan nada yang cepat dan sukar.

Dalam orkestra, biola merupakan sebagian besar dari musik yang dimainkan. Pemain biola dibagi menjadi dua bagian, biasa disebut dengan pemain biola pertama dan kedua. Komposer biasanya memberikan bagian nada melodi kepada pemain pertama, sedangkan pemain kedua memainkan nada harmoni atau nada melodi satu oktaf di bawah pemain pertama. Pemain kedua juga biasanya duduk di bagian dalam dan bertugas untuk membalik kertas not ketika duduk berdampingan di samping pemain pertama yang duduk di bagian luar lebih dekat ke para pirsawan.

Kuartet gesek biasanya terdiri dari dua pemain biola - satu pemain pertama dan satu pemain kedua -, seorang pemain viola, dan seorang pemain cello.
Karena potensi biola jika dimainkan oleh maestro biola dapat menghasilkan lagu yang sangat indah, maka biola yang berkualitas tinggi dapat mencapai harga yang sangat mahal.
Jazz

Penggunaan biola dalam musik jazz sudah tercatat sejak awal abad ke-20. Salah satu pionirnya yang terkenal adalah Joe Venuti. Pemain biola jazz ternama Indonesia antara lain Luluk Purwanto. Untuk daftar pemain biola jazz, lihat pula daftar pemain biola jazz.
Pop

Beberapa contoh musik pop yang memadukan unsur biola ke dalam musik mereka antara lain: The Corrs, yang memadukan musik rakyat Irlandia yang sering menggunakan biola, Dixie Chicks yang bergenre country, dan Electric Light Orchestra yang beraliran cadas, Vanessa Mae, Bond, Nigel Kennedy, Yellowcard, Dave Matthews Band, dan lain-lain.
Rakyat

Beberapa contoh musik rakyat (folk) yang banyak memakai biola: musik rakyat Irlandia, bluegrass (Amerika Serikat), keroncong (Portugal dan Indonesia), dan musik Melayu.
Komposer musik biola
Pemain terkenal

Beberapa pemain Biola terkenal dunia: Itzhak Perlman, Vanessa Mae, Sarah Chang, Yehudi Menuhin, Hillary Hahn, Joshua Bell , Jascha Heifetz, Nigel Kennedy, Thomas Jefferson, Albert Einstein, Orson Welles
Pemain biola Indonesia: W. R. Soepratman, Luluk Purwanto, Idris Sardi dan putrinya Santi Sardi, Maylaffayza Wiguna

***Dirangkum dari berbagai Sumber***

Latih dan berlatih untuk menjadi pemain Biola yang handal!
Kamu Bisa!!

Rabu, 10 Maret 2010

BERPACU DENGAN WAKTU

Oleh: Romald Kahardi

Berpacu dengan waktu. ini yang terlindas dalam benakku pagi ini. Tanpa basa-basi kuhidupkan komputer dan menulis topik "Berpacu dengan Waktu" sebagai judul dari tulisan di Blogku pagi ini. Banyak yang bilang waktu adalah uang. Dengan alasan ini, orang dipacu untuk mengisi waktu dengan pelbagai kegiatan yang menghasilkan uang....... Tidak peduli, pagi, siang, sore dan malam orang bekerja demi uang dan demi waktu. Berpacu dengan waktu untuk meraih kesuksesan dalam pelbagai bidang usaha, dalam belajar, dalam bekerja dan dalam berkarya.
Semua orang butuh waktu
butuh waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan,
butuh waktu untuk istirahat
butuh waktu untuk mengunjungi keluarga
butuh waktu untuk sekolah
butuh waktu untuk membaca
butuh waktu untuk menulis
butuh waktu untuk berolahraga
butuh waktu untuk makan
butuh waktu untuk buang air besar dan air kecil
butuh waktu untuk merencanakan sesuatu
butuh waktu untuk merancang sesuatu
butuh waktu untuk pengendapan ilmu
butuh waktu untuk praktik
butuh waktu untuk bermusik
butuh waktu untuk berkomunikasi dengan sesama
butuh waktu untuk tidur
butuh waktu untuk bangun
butuh waktu untuk makan
butuh waktu untuk berkomunikai dengan Sang Pencipta
dan butuh waktu untuk ber....ber.... yang lain!
Berpacu dengan waktu bukan perkara yang mudah. Dibutuhkan kepekaan dan kecerdasan dalam mengelola hidup dalam alam sang waktu. Semua orang /kita memiliki nominal waktu yang sama, yaitu 24 jam dalam sehari. begitupun dengan menit dan detiknya waktu. Yang beda adalah pemaknaan terhadap waktu, bagaimana kita mengisi waktu, bagaimana mengelola waktu dalam hidup. Pembagian waktu sesuai dengan kebutuhan dan keperluan pribadi yang selalu dan kadang dibatasi oleh lingkup penggunaan waktu secara kolegial. Pemberian limit atau batas waktu dalam pemakaiannya atau dalam penggunaan sehari-hari sangat tergantung pada panggilan masing-masing pribadi. Ayo mari berpacu dengan sang waktu!!

Senin, 08 Maret 2010

Bangsa Yang Melek Huruf

By: Romald Kahardi

Entah mengapa, pagi ini pikiranku tersentuh dengan topik ini, " Bangsa Yang Melek Huruf." Emang sih aku pernah baca dari sebuah buku tentang Quantum writting. Di dalam buku ini diulas tentang bagaimana kemampuan menulis seseorang atau siapapun yang pingin menulis; semuanya bermula dari hobi membaca dan membaca. Membaca entah apapun bahan yang dibaca dan dari mana pun sumber bacaannya. Orang bijak bilang, "buku adalah jendela dunia." Orang akan menegetahui banyak hal yang terjadi di planet bumi ini dengan membaca......!!
Pikiran Gilaku pagi ini bergeminng. Sebuah pengandaian khayalan terjadi, "Seandainya penduduk negeri kita, Indonesia ini melek huruf semuanya, peradaban bangsa ini akan menjadi "lain" dari yang kita alami saat ini." Khayalan liarku ini terus berkutat dan bergurau, bagaiamana sih caranya agar bangsa ini melek huruf semuanya? Akses pendidikan belum terjangkau semuanya di penjuru negeri ini. Masih ada jurang pemisah antara penduduk di kota dan di desa, yang kaya dan miskin; akses untuk mendapatkan pendidikan yang tidak adil masih nyata terjadi. Inikah wajah Indonesia?
Pesimistik "sepeleh" saya ini terus menggelitik nuraniku, Ketika aku menyaksikan di jalanan ibukota Metropolitan JAKARTA, ada begitu banyak pengemis dan anak jalanan yang berkeliaran mengais rejeki untuk kehidupan sehari-hari di jalanan. Ada yang tua ada yang mudah; ada ibu-ibu dan ada bapak-bapak; ada kekek-kakek dan nenek-nenek; dan bahkan masih ada yang kecil, mungil dan belia meminta dan memohon penghidupan dari belaskasihan jalanan. Mereka menembus kemacetan dan kepekatan asab kendaraan di ibukota serta hingar bingar kemewahan ibukota dngan manadahkan tangan untuk menarik belasksihan insan pertiwi yang lalu-lalang di jalanan ibukota. Tragis ya......????
Itulah Indonesia. Inilah Jakarta. Kota serba metropolitan. Semua ada di Jakarta. Jelek, bagus, antik, kuno, terbarukan, mewah, jorok, kaya, miskin, orang baik, orang jahatdan pelbagai predikat lainnya; semuanya ada. Kita ataupun saya sendiri ada pada salah satu predikat "nama-nama ini".
Impian saya akan bangsa yang melek huruf tentunya masih jauh panggang dari api, namun ini bukan menjadi alasan bagi saya untuk berjiwa Psimistis. Perjalanan bangsa ini masih panjang. Generasi dan generasi akan muncul. Indonesia tetap tumbuh dan kokoh kuat berdiri. Nurani anak negeri pasti terketuk dan pintu hati mereka akan terbuka untuk membantu mewujudkan impianku hari ini. Bangsa yang melek huruf akan menjadi kenyataan. Walaupun pertanyaan nakal dan pertanyaan yang saya namakan "psimistik sepeleh" ini selalu muncul dibenakku. Itu tidak membuat harapanku pupus. Aku yakin, suatu hari nanti, negeri ini akan dihuni oleh orang-orang pintar yang bijak dan Melek huruf.
Perjalanan bangsa menggapai harapan akan bangsa yang melek huruf ini penuh lika-liku. Setiap kita ditantang untuk pandai menerjang badai demi menggapai harapan akan bangsa yang melek huruf. Pintaku buat yang "di atas" sana,"Berikan peluang bagi penduduk negeri ini untuk sedikit mengalami 'rasanya' bagaimana itu.... sekolah." Sekolah yang terjangkau dan humanis. Mudah-mudahan mimpiku menjadi kenyataan di masa dan generasi yang akan datang...... AMIN!