Rabu, 30 Desember 2009

JAKARTA 31 DESEMBER 2009

By: Romald Kahardi

wouwowowowowowou....... hari ini adalah hari terakhir ditahun 2009. Selamat tinggal tahun 2009 dan selamat datang tahun 2010. Terima kasih untuk semua pengalaman, kebersamaan, kekecewaan, persaudaraan dan semua berkat Tuhan di tahun 2009.

Kini aku mau menapaki hari-hari baru di tahun 2010. Aku berdoa dan berharap, Tahun 2010 menjadi tahun penuh berkat bagiku dan bagi keluarga baruku. Yakin akan berkat Tuhan itu, aku yakin dan percaya, Sukses selalu bersama kami. AMIN!

Doaku, " Tuhan jadikan Tahun 2010 menjadi tahun berkat Bagi kami"

Minggu, 27 Desember 2009

NATAL DAN PESAN PERDAMAIN

By: Romald Kahardi

Natal adalah sebuah perayaan hari besar keagamaan kristiani yang selalu dirayakan pada tanggal 25 Desember setiap tahun. Walaupun tanggal 25 Desember ditetapkan sebagai hari raya Natal, namun Perayaan Natal itu sudah mulai menggelora dan dirayakan sejak bulan Desember. Ya..., bisa dibilang, Bualn Desember adalah Bulan Natal.......Natal .... dan Natal.

Apa yang unik dari perayaan Natal?
Natal kini sudah menjadi Perayaan seluruh umat manusia, tidak terkecuali, apapun agama dan dari suku bangsa manapun dia berasal....... Natal adalahsimbol perdamaian... Natal membawa pesan perdamaian bagi seluruh umat manusia...... Natal, Damai bagi semesta...... Natal, Solidaritas Tuhan untuk Umat manusia...... Natal, Sukacita bagi yang miskin dan papa........ Natal, Kegembiraan bagi yang berduka.....

Natal, Harapan bagi semua orang....... Natal, Pengiburan bagi yang berduka........ Natal , Damai bagi semesta..... So, Ucapan "Selamat Natal" bukan sekedarucapan biasa; akan tetapi, "Selamat Natal" adalah Selamat yang memberi harapan bagi semua orang.... yang mendengarnya, yang menerimanya dan bagi yang memberikan ucapan dan bagi siapa pun Selamat Natal itu dialamatkan.....
Natal, Damai bagi semesta....... Semua telinga akan mendengardan semuamata akan menyaksikan kemeriahan kedip dan kerlapan lalpu-lampu natal; tanda Damai disemarakkan bagi seluruh semesta...... AMIN

Senin, 14 Desember 2009

Solidaritas : Koin Untuk keadilan "PRITA"

By: Romald Kahardi
Sungguh luar biasa tanggapan masyarakat Indonesia terhadap kasus yang menimpa seorang ibu rumah tangga yang bernama Prita Muliasari. Solidaritas ini tergolong unik dan saya kira untuk pertama kalinya dalam sejarah bangsa Indonesia dan bahkan dunia. Sebuah gerakan moral mendukung tegaknya keadilan di bumi pertiwi. Sebuah aksi solidaritas tanpa kekerasan aksi "wei wu wei" Kalau boleh dibilang sungguh sungguh dan sungguh luar biasa. Kalau selama ini yang dikarugkan ituadalah beras, tapi bedfas dengan yang kita saksikan kini di hampir di seluruh pepmberitaan media lokal.... beberapa pekan terakhir ini..... Koin... koin dikarungkan..... banyak buaget.....

Dari mana koin- koin itu berasal?
Tak pelak, dalam sekejap.... koin...koin... itu terkumpul dari seluruh penjuru negeri.....! Jumlahnya masih di hitung dalam beberapa hari ke depan..... Ada bentuk solidaritas baru lagi,.... relawan penghitung koin.... Koin ini berasal dari masyarakat miskin kota, desa, ibu rumah tangga, pemulung, tuang beak dan dari segenap elemen masyarakat yang mempumyai kepedulian dan menaruh simpati pada rasa keadilan.......

Koin-koin itu menjadi bukti bahwa masyarakat sudah lelah dengan ulah para penegak hukum dan teks hukum yang diterjemahkan secara......"lain" oleh yang memepunyai kuasa untuk itu......
Kalu koin itu bisa berbicara............ apa kira-kira yang menjadi kata pertama yang keluar dari koin-koin itu................?????????????// Lanjutinnnnnnnnnnnnn......!!!

Selasa, 03 November 2009

Kutulis untukmu kesatria bangsa

By: Romald Kahardi

Kutulis untukmu
Wahai kesatria bangsa
pengaman masyarakat
besarkan hatimu
pantangkan kilafmu
bangun kekuatanmu
'tuk buktikan kebenaran

Kutulis untukmu
bagimu kusuma bangsa
mekarkan senyummu
bangkitkan kesadaran
'tuk bela kebenaran

hari masih pagi
tak ada yang terlambat
Badi jalanan menghadang
parlemen jalanan berkaca
berteriak gelisah

Kutulis untukmu

dipundakmu
kugantungkan harapan
bahwa
HUkum adalah jalanya
di sana kebenaran berbicara
Selamat bertugas kesatriaku
kesatria pertiwi

Senin, 02 November 2009

Language learning is like falling in love

By: Romald Kahardi

Language learning is like falling in love. In fact you have to be in love to learn a language well. I mean in love with the language. You have to have a love affair with the language. You do not have to marry the language. You can have an affair and then move on to another language after a period of time. But while you are learning the language you have to be in love with it. And you will learn faster if you are faithful to the language while you are studying it.

Just as when you are in love, you want to and need to spend as much time as possible with the object of your love. You want to hear its voice and read its thoughts. You want to learn more about it, the many words and phrases that it uses to express itself. You think of the language wherever you are. You start to observe the object of your love closely. You notice all the little things it does, you become familiar with its peculiar behaviour patterns. You breathe it. You hear its voice. You feel it. You get to know it better and better, naturally.
Just as in a love affair, there are things about the object of your love that you do not like. You ignore these. You only think about the things that you love. You do not question the object of your love. You just accept it. You do not ask why. You do not ask why it behaves a certain way. You do not seek to understand the secrets to its structure. You just want to be with it, and even to imitate it, the highest form of appreciation.

Loving a language is a one-sided love affair. You love the language. It does not love you back. But the good thing is that it is not jealous of you, of your other previous love affairs. It really does not care if you carry on another love affair at the same time. But, as with people, doing so can create problems…..The language does not criticize you. You can use it however you want, as long as you enjoy yourself.

You are not jealous of other people who love the language you love. In fact you like to meet people who love the language you love. It is a lot less bothersome to love a language than to love a person, Because the love of the language is its own reward. You do not care what the language thinks of you. You are enjoying your affair with the language and do not expect anything in return. As long as you have that relationship, you will learn and improve in the language.

If you just use a language without loving it, you will not improve. If the goal is only to get a better job, or to pass a test, you will not improve. People are the same way. You cannot have a love affair with someone just to get a better job, although………. This has been my approach. So when I learn a language I spend most of my initial time just listening and reading and building up my words and phrases. I just want to get to know the language, enjoy its personality and get used to it. I do not want anyone to question me, or explain my love to me. I do not want to speak in the language before I have really gotten to know the language, because I know that I will not do justice to my love. I only speak in the language when I want to, when I am ready

Rabu, 28 Oktober 2009

Tolak Tambang, Geram Usung Peti Mati

Catatan: Tulisan ini diambil dari harian Flores Pos, Saya tidak merubah sedikitpun.
Tulisan sesuai dengan aslinya, "Tolak Tambang, Geram Usung Peti Mati"
* Desak DPRD Mabar Gunakan Hak Angket

Oleh Andre Durung
Labuan Bajo, Florespos.com - Gerakan Masyarakat Anti Tambang (Geram) Flores-Lembata kembali berunjuk rasa tolak tambang di Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Selasa (27/10). Kali ini nuansanya sedikit berbeda. Para pendemo mengusung sebuah peti mati dan menggelar ritus adat menyembelih seekor ayam hitam. Ketua Geram Florianus Suryon mengenakan pakaian adat Manggarai. Dalam aksinya, Geram melakukan pawai menuju gedung DPRD, kantor bupati, dan mapolres.

Mereka menggelar poster dan spanduk, berorasi, dan membacakan pernyataan sikap. Pada spanduk, tertulis: ”Tangkap para pejabat dan investor tambang perusak hutan lindung di Tebedo RTK 108 dan alih fungsi tata ruang wilayah Batu Gosok menjadi wilayah tambang emas”.

Spanduk lain: ”Berduka atas matinya saudara kita hutan lindung Tebedo RTK 108 oleh hantu tambang”. Hak Angket Pantauan Flores Pos, dari lapangan bola kaki Kampung Ujung, massa geram menuju gedung DPRD sambil mengusung peti mati berbalut kain hitam, lengkap dengan krans bunga bertuliskan antara lain ”Oh…Hutanku”.

Di gedung dewan, mereka tidak masuk ruangan. Mereka hanya berorasi di halaman dan membacakan pernyataan sikap. Antara lain, mendesek dewan menggunakan hak angket. Ini perlu dilakukan DPRD Mabar jika benar keberadaan mereka merupakan representasi rakyat Mabar dan jika sungguh keberadaan mereka berpihak pada rakyat. Selama ini, kata geram, DPRD terkesan hanya bisa bicara berpihak pada rakyat.

Menanggapi desakan pendemo, Wakil Ketua Sementara DPRD Mabar Pasir Yohanes menyatakan terima kasih dan berjanji akan membahasnya di dewan. “Soal hak angket, kita akan bahas nanti bersama agenda lain, setelah pelantikan pimpinan dewan difinitif. Mungkin kita akan minta teman-teman. Terima kasih atas aspirasi Geram. Selamat berjuang,” kata Pasir disambut tepuk tangan pendemo.

Pertemuan yang juga dihadiri sejumlah wakil rakyat itu berlangsung di pintu masuk gedung. Peti mati dan sejumlah krans bunga diletakkan sejenak di situ hingga pertemuan selesai. Dalam orasinya, Florianus Suryon alias Fery Adu mengatakan, peti mati yang mereka usung merupkan simbol kematian hukum dan keadilan di Mabar.

Rakyat kecil potong satu dua batang pohon, langsung ditangkap dan dibui. Sedangkan penguasa dan pengusaha yang merusak hutan lindung di Tebedo dan menggaruk bukit di Batu Gosok untuk eksplorasi tambang emas tidak ditangkap dan tidak dibui. Ini tidak adil Orator lain, Kornelis Rahalaka, menyatakan kecewa karena dalam demo kali ini Geram kembali gagal bertemu Bupati Wilfridus Fidelis Pranda. Bupati lagi-lagi sedang tidak berada di tempat. Sikap Resmi GerejaDari gedung dewan geram menuju kantor bupati. Juga sambil mengusung peti mati. Di sana mereka berjemur di panas terik di halaman kantor. Mereka berorasi. Rm. Robert Pelita Pr dalam orasinya mengatakan, ia dan rekan-rekan imam bergabung dengan Geram untuk tolak tambang karena ini merupakan sikap resmi Gereja Lokal Keusukupan Ruteng. Sejak Mei 2009, kata Rm Robert, Keuskupan Ruteng sudah secara resmi menolak kehadiran tambang di Manggarai Raya, yang meliputi Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur. Sikap resmi Gereja ini sudah dikirim kepada ketiga pemkab.

Fery Adu dalam orasinya menyatakan kecewa berat karena kali ini Geram lagi-lagi gagal bertemu Bupati Wilfridus Fidelis Pranda. “Ini sudah sekian kalinya.” Wakil Bupati Agustinus Ch. Dula saat itu juga dikabarkan sedang tidak berada di tempat.

Di halaman kantor ini, para pendemo melakukan ritus adat, menyembelih ayam hitam, sambil menyanyikan lagu, ”Indonesia tanah air beta ....” Mereka juga memberi uang duka (seng wae lu’u) yang diletakkan di atas peti mati. Di atas peti itu, mereka letakkan pula pernyataan sikap. Sebab, mereka gagal bertemu pejabat pemkab.

Peti mati, krans bunga, dan ayam korban mereka ’semayamkan abadi’ di halaman kantor bupati. Dukung Polres Dari halaman kantor bupati, pendemo menuju mapolres seraya menyanyikan lagu perjuangan ”Maju Tak Gentar”. Mereka memberi dukungan moril kepada polres karena saat ini proses hukum kasus tambang di Mabar, baik Tebedo maupun di Batu Gosok, sedang berjalan. Mereka diterima Kabag MIN Polres Mabar I Ketut Sumendra di gerbang masuk.

Kapolres AKBP Samsuri dan Wakil Kapolres Kompol Beny Hutajulu sedang tidak berada di tempat. Geram menyerahkan pernyataan sikap. Ketut Sumendra mengucapkan terima kasih atas kunjungan dan pernyataan sikap. Dari mapolres, Geram kembali ke posko. Demo ini dikawal ketat aparat polres. Aksi di halaman gedung DPRD dan halaman kantor bupati disaksikan banyak warga masyarakat

Alasan Tolak Tambang Geram Flores Lembata menolak pertambangan emas di Mabar, khusus di wilayah Batu Gosok dan Tebedo, karena berbagai alasan, sebagaimana diungkap dalam pernyataan sikap saat demo.

Pertama, aktivitas pertambangan di wilayah Tebedo, Desa Pota Wangka, Kecamatan Boleng, masuk dalam kawasan hutan lindung RTK 108. Sementara kegiatan eksplorasi tambang di Batu Gosok, Kelurahan Labuan Bajo, Kecamatan Komodo tidak sesuai dengan peruntukan tata ruang wilayah yang di atur dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 30/ 2005 tentang rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Mabar yaitu untuk pariwisata komersial.

Kedua, prosedur pemberian izin kuasa pertambangan eksplorasi dimaksud tidak sesuai dengan apa yang diatur dalam Perda Mabar No. 27 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Umum. Lokasi eksplorasi tambang Batu Gosok terletak di atas kawasan bukit dengan kemiringan lebih dari 40 derajat yang seharusnya menjadi kawasan konservasi.

Wilayah izin lokasi eksplorasi tambang Batu Gosok merupakan kawasan pesisir yang dikelilingi oleh ekosistem pesisir yang sangat penting. Seperti terumbu karang, padang lamun, dan mangrove yang harus dilindungi. Dan lokasi eksplorasi tambang Tebedo masuk dalam kawasan hutan lindung yang berfungsi sebagai kawasan endapan air dan kawasan penyangga bagi hutan Mbeliling.

Ketiga, dampak lingkungan dan sosial akibat eksplorasi tambang di Batu Gosok dan Tebedo belum dibuat sepenuhnya sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku. Untuk pertambangan Batu Gosok, terjadi pelanggaran pemanfaatan tata ruang kegiatan eksplorasi tambang dengan aktivitas pariwisata dan usaha perikanan/nelayan di dalam kawasan.

Geram mengimbau seluruh komponen masyarakat Mabar, Manggarai, Manggarai Timur serta masyarakat Flores dan Lembata, baik yang berdomisili di Flores-Lembata maupun yang berkarya di luar Flores-Lembata untuk bersama-sama melakukan gerakan perlawanan terhadap kebijakan pertambangan.

Sikap perlawanan dimaksud akan membantu menyelamatkan bumi/alam Flores-Lembata dari kehancuran. Pernyataan sikap Geram yang ditandatangani Ketua Geram Flores-Lembata Florianus Suryon dan Korlap/Sekjen Geram Flores-Lembata Cheluz Pahun. ***

Selasa, 27 Oktober 2009

Satu Nusa Satu bangsa Satu bahasa

By: Romald Kahardi

"Satu nusa satu bangsa satu bahasa kita, tanah air pasti jaya untuk selama-lamanya; Indonesia pusaka, Indonesia tercinta, Nusa bangsa dan bahasa kita bela bersama......" Demikian lirik lagu satu nusa satu bangsa karangan L. Mnik yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kita menyanyikan lagu ini sejak kita duduk di bangku TK, SD, SMP, SMA dan seterusnya...... Hingga kini lagu itu sudah mendarah daging dalam diri kita. Walaupun demikian, pernahkah kita merefleksikan sejenak tentang makna dari penggalan lirik lagu karangan L. Manik ini?

Hari ini kita merayakan hari sumpah pemuda. Hari dimana kita memperingati perjuangan kawula muda tempoe dulue (28 oktober 1928) yang dengan gagah berani dan lantang memproklamirkan sumpah setia mereka kepada Bangsa, yaitu bangsa Indonesia yang memiliki keanekaragaman suku agama dan ras serta kebudayaan, yang saat itu masih dalam tekanan dan kungkungan penjajah; namun mereka kaum muda tampil dengan berani untuk bersumpah, ” SATU NUSA SATU BANGSA dan SATU BAHASA, yaitu INDONESIA.

Kini dalam situasi dan suasana yang berbeda di alam kemerdekaan kita merayakan dan memperingati moment bersejarah ini. Masihkah rasa kebangsaan dan keIndonesiaan kita melekat dihati segenap insan pertiwi negeri ini? Sebuah pertanyaan yang patut untuk direnungkan dan dimaknai.

Pemuda di seantero jagad raya ini memiliki dinamika yang khas. Kadar spiritualitasnya murni dan memancarkan energi pencerahan luar biasa. Ketika kebanyakan orang asyik dengan diri sendiri, mereka tampil di barisan terdepan dalam kesatuan aksi pembaruan yang cenderung radikal. Itulah yang terjadi saat Pemuda Indonesia bersumpah untuk (selamanya) satu bangsa, bahasa dan tanah air Indonesia.

Dalam konteks kekinian, ketika revolusi teknologi informasi telah melintas batas teritorial yang secara tradisional dinyatakan sebagai milik suatu bangsa dan kebanyakan warganya asyik dengan (kepentingan) diri sendiri (dan kroninya), ada satu pertanyaan yang perlu dimajukan. Masih relevankah memegang teguh Sumpah Pemuda sebagai titik tumpu pencerahan dan pembaruan sikap hidup bersatu dalam bangsa, bahasa dan tanah air Indonesia ?

Memajukan derajat kehidupan bangsa dapat dilakukan sesuai dengan kapasitas diri kita masing-masing. Karena setiap orang punya potensi yang dapat dikembangkan untuk mencapai kapasitas itu. Jika setiap anak bangsa memberikan satu langkah ke depan, bisa dibayangkan betapa lapang jalan yang dapat kita lalui bersama untuk mengatasi krisis multisdimensional saat ini. Menghargai keanekaragaman dalam kancah negara kesatuan indonesia adalah salah satu bentuk apresiasi dan pemaknanaan Sumpah pemuda dalam hal ”SATU NUSA SATU BANGSA.”

Lalu bagaimana dengan SATU BAHASA? Mengapresiasi bahasa Indonesia tidak harus diwujudkan dalam bentuk ekstrim semisal menolak pemakaian bahasa asing dan lokal sebagai media komunikasi verbal, bahasa pengantar dan sejenisnya. Atau juga denganb melakukan parade baca puisi dan berbalas pantun setiap hari. Penting dicatat bahwa memelihara kelenturan sikap dalam ber-Bahasa Indonesia justru akan menjadi faktor pengaya dalam kebhineka tunggal ika-annya. Tentu, perlu ada aturan baku sebagai acuan utama dalam mengupayakan pengayaan itu. Selain menjadi pengatar, Bahasa Indonesia sangat perlu dikembangkan sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Ini adalah bukti penghargaan kita terhadap Bahasa Indonesia dalam menjiwai makna ”SATU BAHASA.”

Karena itu, peringatan hari SUMPAH PEMUDA hendaknya menjadi moment untuk merefleksikan kesadaran jati diri kita sebagai anak bangsa yang bertanah air satu, tanah air Indonesia, dan berbangsa satu bangsa Indonesia serta bangsa yang memiliki satu bahasa persatuan, yaitu: bahasa Indonesia. MERDEKA!

Senin, 26 Oktober 2009

MEMAKNAI HIDUP DENGAN BELAJAR (Belajar dari Konfucius)

By: Romald Kahrdi

Belajar adalah salah satu bentuk aktivitas manusia untuk memberikan arti dalam hidup atau untuk memaknai hidup dan kehidupan di dunia ini. Belajar sebagai salah satu bentuk aktivitas ini bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Ada yang belajar sesuatu dari pengalaan semata; tetapi juga ada yang melaksanakan aktivitas belajar itu melalui pendidikan di sekolah. Sejak dalam kandungan ibu, sebenarnya manusia sudah mulai belajar. Belajar untuk menyesuaikan diri dengan kondisi rahim sang ibu. Hal ini dilanjutkan ketika seorang anak manusia lahir ke bumi. Pengalaman eksistensial sebagai pengalaman perdana di dunia nyata adalah pengalaman belajar yang diperoleh dari dekapan sang ibu. Dari sini belajar sebagai aktivitas sesungguhnya terjadi.

Aktivitas belajar membuat manusia bertemu dengan ciptaan Tuhan yang lain, terlebih berhadapan dengan manusia sebagai sesamanya. Kebijaksanaan diperoleh melalui pengalaman belajar. Melalui aktivitas belajar pula manusia mengasah dan menghidupi kepribadiannya. Sebagai mana kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa adanya campurtangan dari yang lain.

Walaupun manusia bisa belajar dari pengalaman hidupnya untuk bisa berkembang, namun dalam peziarahan hidupnya Ia masih membutuhkan pengalaman belajar melalui jalur pendidikan. Setidaknya ada empat unsur utama yang menjadi dasar untuk belajar memaknai hidup dalam kehidupan ini. Keempat unsur itu antara lain: belajar untuk mengasah kemampuan intelektualitas, belajar untuk mencintai, belajar untuk mengasah kepekaan solidaritas dengan sesama dan belajar untuk menghargai kehidupan moralitas-etika. Keempat unsur ini tidak dapat dikesampingkan perannya dalam mewujudkan pendidikan yang ideal bagi kemanusiaan.
Keempat unsur ini sebenarnya sejalan dengan tujuan aktivitas belajar manusia seturut pandangan UNESCO (United States of Educational Scientical and Cultural Organization), yaitu: Learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.

Learning to know berkaitan dengan logos, (belajar untuk mengasah intelektualitas.) Learning to do adalah eros (mengasah kepekaan untuk mencintai sesama.) Learning to be berkaitan dengan Ethos dan learning together adalah pathos dimana rasa kebersamaan dan keprihatinan bertumbuh.

Confucius yang dianggap sebagai guru pertama dalam sejarah Tiongkok, telah menyiratkan konsep yang mengarah kepada empat tujuan belajar menurut UNESCO di atas.
Menurut UNESCO, Learning to know adalah belajar untuk mengetahui. Di sini tujuan pertama dari aktivitas belajar manusia adalah untuk memperoleh pengetahuan yang benar, sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya. Confucius pun berpandangan bahwa hakekat manusia adalah baik. Ia juga menekankan bahwa salah satu alasan utama orang menjadi tidak baik adalah karena ketidaktahuan. Maka bertentangan dengan Daoisme yang berpandangan bahwa pengetahuan merusak kemanusiaan yang baik, Confucius justru mengajarkan agar orang terus belajar dan mencari pengetahuan seluas-luasnya. Konsep Confucius ini diterapkan secara luas dengan memberi tempat yang kuat bagi seni, puisi, sastra, dan bahkan tradisi demi mengimbangi ajaran filsafatnya. Seni menjadi sarana hiburan batiniah yang sekaligus menyeimbangkan keutuhan manusia. Atau dengan kata lain pengetahuan yang dipikirkan Confucius memang tidak hanya sebatas ilmu rasional tetapi juga meluas pada pengetahuan yang mengolah rasa, jiwa, dan spiritual manusia.

Dengan demikian learning to know adalah proses mencari pengetahuan seluas mungkin dengan sasaran keutuhan manusia dalam akal budi, hati nurani, dan spiritual. Hal ini mirip dengan paham antropologi modern yaitu pneuma, psyche, dan soma.

Learning to do adalah belajar untuk melakukan. Hal ini ditetapkan sebagai arah dan tujuan dari aktivitas belajar yang kedua dari proses belajar yakni pada kemampuan untuk bertindak dan berkarya. Pengetahuan yang luas harus diterapkan untuk bisa dijadikan sebuah tindakan dan karya yang baik. Sejalan dengan itu, Confucius pun telah menekankan bahwa orang harus berbuat atau berkarya. Bertolak belakang lagi dengan Daoisme yang mengajarkan agar “tidak melakukan apa pun”, Confucius mengajarkan (berbicara tentang moral) “berbuat tanpa pamrih”. Confucius sering mengaitkan ini dengan konsep Ming (sering diterjemahkan sebagai takdir, nasib) yaitu orang harus tetap berusaha untuk berbuat dan berkarya yang baik tanpa pamrih karena nilai luhur dari tindakan bukanlah terletak pada hasil melainkan pada proses di mana orang melaksanakan sesuatu tanpa menghiraukan apakah secara lahiriah perbuatan itu berhasil atau gagal. Confucius berkata “Manusia bijaksana bebas dari keragu-raguan; manusia berbudi luhur bebas dari perasaan cemas; manusia yang berani bebas dari ketakutan”. Ucapan ini berarti orang akan bahagia jika bebas dari kecemasan apakah akan berhasil dan bebas dari ketakutan akan gagal. Jadi, tindakan dan berkarya adalah sebuah kewajiban manusia di mana nilai dari tindakan itu bukanlah lahiriah berhasil atau gagal melainkan pada keteguhan untuk selalu berusaha melakukannya dengan baik.

Learning to be adalah belajar untuk menjadi. UNESCO meletakan tujuan yang ketiga dari aktivitas belajar yaitu menanamkan sikap tenggang rasa atau merasa “menjadi” terhadap orang lain. Dalam ajaran Confucius, learning to be sepadan dengan teori tenggang rasa (Chung) dan altruisme (Shu). Teori tenggang rasa (Chung) dijelaskan dengan perkataan, “Lakukanlah kepada orang lain sesuatu yang kamu sendiri ingin orang lain melakukannya untukmu”. Teori altruisme (Shu) yaitu “Jangan lakukan kepada orang lain sesuatu yang kamu tidak ingin orang lain melakukannya padamu”. Maka jelaslah bahwa Confucius pun telah memiliki kesadaran pentingnya merasa “menjadi” terhadap orang lain. Hal ini menunjukkan olah rasa yang diasah yaitu menjadi mengerti akan orang lain seperti diri sendiri, menjadikan diri sebagai tolak ukur refleksi moral. Selain itu juga ada ajaran pembetulan nama yaitu orang hidup sesuai dengan nama (jabatan, peran sosial). “Hendaknya penguasa menjadi seorang penguasa, menteri menjadi menteri, ayah menjadi seorang ayah, dan anak menjadi seorang anak”. Maka orang perlu menghidupi atau menjadi sesuai “nama”-nya.

Learning to live together adalah belajar hidup bersama. UNESCO meletakkan tujuan yang keempat dari aktivitas belajar manusia yaitu orang belajar untuk hidup bersama orang lain atau bersosialisasi dalam masyarakat. Confucius pun telah menegaskan bahwa kemanusiaan yang tertinggi adalah pada tahap hidup sosial bersama orang lain. Dalam hal ini kita temukan rasa kemanusiaan (jen) sebagai landasan moral dan etika. Pada kesimpulannya Confucius menyatakan bahwa cinta kasih. “Rasa kemanusiaan terkandung dalam sikap mengasihi terhadap manusia yang lain”. Manusia yang benar-benar mengasihi orang lain adalah manusia yang dapat melaksanakan kewajibannya dalam masyarakat.

Oleh karena itu, di era modern ini tampak nyata bahwa pemikiran Confucius masih relevan untuk dapat diterapkan. Sekalipun pandangan UNESCO tetang keempat tujuan dari aktivitas belajar dalam proses pendidikan yang ideal tidak murni bertolak dari paham ajaran Konfusianisme tetapi inti yang hendak disampaikan mengakar pada suatu prinsip yang sama yaitu humanisme yang merupakan takaran ukuran kemanusiaan yang integral dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia. Karenanya, belajarlah dari pengalaman karena hidup kita akan menjadi bermakna apabila kita tak bosan-bosannya belajar dari pengalaman hidup kita. Dari sana hidup itu akan menjadi lebih bermakna!

Jumat, 23 Oktober 2009

Target & Harapan Presiden untuk Kabinet INdonesia Bersatu II

Catatan: TUliasn ini diambil dari harian Kompas, Sabtu, 24 Oktober 2009, dengan Judul tulisan: "Target Menteri Lebih Ambisius" Saya tidak mengambil secara keseluruhan tetapi beberapa bagian saja. Selamat membaca....


Jakarta, Kompas - Dalam sidang kabinet paripurna pertama periode kedua pemerintahannya, Jumat (23/10), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menekankan agar para menteri kabinet baru memasang target yang lebih ambisius untuk mendongkrak peningkatan capaian. Sidang yang berlangsung sehari setelah pelantikan menteri itu digelar di ruang sidang utama Gedung Sekretariat Negara di kompleks Istana Kepresidenan.

Salah satu indikator pembangunan yang disebut Presiden adalah pencapaian pertumbuhan ekonomi 7 persen atau lebih pada tahun 2014. Program pengurangan angka kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran harus berjalan efektif. Penegakan hukum dan pemberantasan korupsi harus menjadi prioritas. Ditekankan pula masalah pembangunan inklusif dan berkeadilan antarsektor dan antardaerah.

Terkait target yang lebih ambisius, Presiden menekankan pentingnya pencapaian diraih dengan tata kelola pemerintahan yang baik, termasuk reformasi birokrasi. Dalam sektor pendidikan perlu dilakukan reformasi pendidikan kedua dan adanya reformasi kesehatan pertama.

Dalam kesempatan itu juga, Presiden memperkenalkan tiga semboyan yang diharapkan akan menyemangati anggota kabinet selama mengemban tugas. Presiden meminta para menteri menjaga keberlanjutan program kerja, membuat perubahan yang diperlukan, mengatasi sumbatan pertumbuhan, dan menjaga soliditas kabinet sebagai satu tim kerja.

Tiga tagline atau semboyan Kabinet Indonesia Bersatu II yang diperkenalkan Presiden dituliskan dalam bahasa Inggris. ”Tagline itu sesuatu yang mengingatkan kita akan menuju ke mana, dengan semangat apa kita melangkah, yang harus kita ingat selama mengemban tugas,” ujarnya.

Semboyan pertama adalah ”Change and Continuity” (perubahan dan keberlanjutan). Presiden mengingatkan, sebagian program Kabinet Indonesia Bersatu I periode 2004-2009 yang dipimpinnya perlu dilanjutkan sejauh masih relevan. Meski demikian, dibutuhkan perubahan dan perbaikan jika program sebelumnya tidak mencapai sasaran.

”Jangan malu-malu melanjutkan policy pejabat sebelumnya. Wah, sekarang, kan, menterinya saya, yang lain masukkan ke laci, keliru itu. Saya tak ingin Saudara gegabah tergesa mengubah kebijakan, padahal kebijakan itu kebijakan saya yang masih harus berlanjut lima tahun mendatang,” ujar Presiden.

Semboyan kedua adalah ”De-bottlenecking, Acceleration, and Enhancement” (penguraian hambatan, percepatan, dan peningkatan). Presiden mengatakan, ia masih melihat banyak ”kemacetan” dalam berbagai bidang, antara lain tata ruang dan perizinan. Jalan keluar mesti dicari sebagai bagian dari upaya menguraikan hambatan itu. Selanjutnya dilakukan percepatan, yakni meringkas proses yang bertele-tele. Para anggota kabinet juga diminta memasang target yang lebih ambisius untuk mendongkrak peningkatan capaian.

Semboyan ketiga adalah ”Unity, Together We Can” (bersatu, bersama kita bisa). Presiden mengingatkan, seberapa hebat keahlian setiap menteri tidak akan banyak bermanfaat jika tidak disinergikan dengan anggota-anggota kabinet lainnya. ”’Unity, Together We Can’. Harus kita satukan potensi ini. Bersama kita bisa. Ke situ akhirnya. Tidak mungkin menteri perindustrian jalan sendiri tanpa sinergi dengan Menteri Perdagangan, Menteri Negara Koperasi dan UKM, Menteri Keuangan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, dan sebagainya. Demikian juga menteri-menteri yang lain,” tuturnya.

Presiden mengingatkan, terdapat tiga menteri koordinator yang bertugas mengoordinasikan para menteri di jajaran masing-masing. Namun, para menteri koordinator juga tidak bisa berjalan dengan sudut pandangnya sendiri-sendiri tanpa menimbang jajaran lain.
”Ada Kepala Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan, yang 24 jam ibaratnya, 7 hari seminggu, untuk memastikan semua berjalan. De-bottlenecking, karena unit kerja presiden adalah mata saya, telinga saya, tangan saya, untuk melakukan sesuatu jika perlu,” kata Presiden Yudhoyono.

First in My Life

By: Romald Kahardi

First in my life. Tepatnya pada hari Minggu tanggal 11 Oktober 2009 yang lalu, aku mengalami pengalaman yang unik dan seru. Aku bersama istriku yang di doakan / dipestakan bersama lima pasang keluarga baru di lingkungan Yayasan pendidikan Charitas Jakarta mendapat kejutan dari panitia acara untuk menunggang kuda. Tidak tanggung-tanggung, tiga ekor kuda di hadirkan dalam acara ini. Kalau menunggang kuda itu memang hal yang biasa buat saya karena kuda adalah mainan saya dikala SD di Flores sana. Namun menunggang kuda hari itu adalah sesuatu yang luar biasa. Betapa tidak, aku dan istriku Tupa bersama dua pasang keluarga baru yang dipestakan hari itu menunggang kuda dan diarak ke tenda pesta. Ada rasa takut, canggung dan cemas, tapi dalam kecemasan dan canggungku itu ada rasa bahagia yang tersembunyi. Ya.... biasa..... demam panggung...... bayangkan diantara kerumunan banyak orang aku dan istriku diarak dari luar tempat pesta menuju panggung utama tempat acara berlangsung. Semua orang bertepuk tangan dan bersorak ria. Aku bahkan tak bisa membayangkan bagaimana kacaunya hati saya waktu itu......... kacau campur senang karena akhirnya apa yang aku cemaskan diawal menunggang kuda bersama istriku yaitu, jatuh....., kudanya takut dan berontak..... tidak terjadi dan semuanya berjalan dengan baik.

Hari yang istimewa dalam hidup dan pasangan hidupku. First in my life. Acara syukuran mantenku bersama kelima pasang keluarga baru yang lain dirayakan bersamaan dengan perayaan syukur 30 Tahun Yayasan Pendidikan Charitas hadir di Jakarta dan 800 tahun gerakan Fransiskan di dunia. Acara ini juga menjadi luar biasa karena: Perayaan ekaristinya dipimpin oleh seorang uskup, yaitu Uskup Bogor, Mgr. Michael Cosmas Angkur, OFM. Ada tari-tarian, ada pelepasan 11 ekor burung merpati putih, musik pengiring paduan suara adalah musik gamelan yang pemainnya adalah siswa-siswi SMA Charitas. Ada penampilan eksentrik dari TK, SD, SMA dan SMA Charitas. Ada angklung, ada gamelan lebih seru dan khikmat karena ada “Lagu Ave maria karangan J. S. Bach yang dilantunkan oleh Verina, salah seorang siswa kelas X SMA Charitas dan lagu The Prayer yang dilantunkan oleh dua orang siswa SMA Charitas, yakni Carla dari kelas X dan Hadi dari kelas XII IPS membahana membelah semarak perayaan siang itu.

Tidak hanya itu, perayaan siang itu menjadi lain dari biasanya dengan hadirnya tiga grup band SMA Charitas yakni The Scarz dari kelas XII IPA, The Last Poopies dari kelas XII IPS dan The Gezit dari kelas XI. Ketiga Grup Band ini tampil mengesankan dengan keunikannya masing-masing. The Scarz dengan vokalis Inna, Marvin pada Bass, Markus pada keyboard dan gege pada Guitar dengan apik dan sempurna membawakan lagu Sempurna, aku cinta Dia dan Prahara Cinta. Selanjutnya Tashya dari Band The Last Poopies berhasil membawakan lagu: Maafkan, Sinaran dan Dia. Penampilan Grup band ini sangat memukau karena mereka membawakan lagu dalam nada akustik. Kedua gitaris The Last Poopies Kevin dan Aris mampu menghentak adrenalin para undangan untuk menyaksikan penampilan mereka. Selain itu Duet vokalis the Gezit, Andre dan Inge menambah semarak acara siang itu dengan penampilan mereka dengan lagu Tears in heaven. Lagu ini diaransemen ulang oleh The Gesit dengan menggunakan irama reage yang indah. Adapun personil The Gezit adalah: Andre dan Inge pada Vokal, Michael pada guitar, Ones pada Bass dan Anley pada Drum. Seru deh.... profisiat baut kamu semua. Kehadiran anda di datas Panggung membuat suasana pesta / perayaan menjadi semarak dan meriah.

Selain itu, hari ini menjadi lain dari biasanya karena untuk pertama kalinya aku dan istriku mengenakan pakaian adat Manggarai warisan budaya adat leluhur: Songke Manggarai, Peci Manggarai dan Selendang Manggarai. Maka jadilah......” Songke Manggarai indangno...... Kelima pasangan yang lainpun mengenakan pakaian adat masing-masing. Jadi hari itu, budaya Manggarai disandingkan dengan budaya Jawa, dan budaya Batak; walau hanya dalam hal pakaian. Saya pikir, budaya boleh beda dan pakaian adat boleh beda tapi persaudaraan dan kekeluargaan adalah yang utama. Karenanya, Mgr. Michael Cosmas Angkur, OFM bilang dalam kotbahnya, ” Hendaknya kita menjadi berkat bagi sesama dimanapun kita berada”. Hal ini juga selaras dengan tema yang menjadi inti permenungan dalam perayaan agung ini, ” DIBERKATI UNTUK MENJADI BERKAT.”

First in my life. Aku bersama pasangan hidupku menunggang kuda dengan mengenakan pakaian adat Manggarai. Seru dan eksentrik. Diarak ’bak raja keraton....... Terima kasih buat semua, khususnya buat panitia perayaan yang membuat perayaan kali ini menjadi unik dan bermakna. Doaku menyertaimu semua dan Tuhan memberkati. Dan ingat biarlah berkat Tuhan yang kita peroleh dibagikan dan diwartakan kepada sesama dimanapun kita berada!

Kamis, 08 Oktober 2009

SENYUM CERIA

By: Romald Kahardi

Senyum ceria
awal yang indah
menggapai harapan

Senyum ceria
awal yang indah
membangun harapan

Senyum ceria
awal yang indah
memulai persahabatan

Senyum ceria
awal yang indah
pratanda kehidupan

Senyum ceria
awal yang indah
menuju kebahagiaan

Senyum ceria
awal yang indah
merayakan kebebasan

Senyum ceria
Awal yang indah
merayakan kehidupan

Minggu, 04 Oktober 2009

Dari Laskar Pelangi menuju Pelangi jiwa

By: Romald Kahardi


Laskar Pelangi. Ini adalah nama sebuah Film fenomenal yang menggenjot perhatian pencinta film dan penikmat film di tanah air. Banyak orang jatuh cinta pada Film ini. Tdak heran Pak SBY, Presiden Republik Indonesia meluangkan waktu khusus untuk menonton Laskar Pelangi bersama staff istana dan keluarganya. Ada apa dengan laskar pelangi? Sampai banyak orang berebutan dan berdesakkan antre di Bioskop untuk menonton Film Laskar Pelangi. Saya sendiri sudah menonton film Laskar Pelangi tiga kali. Pertama kali aku menontonya di Atrium Senen, Jakarta Pusat, kedua dan ketiganya aku nonton di rumah karena aku membeli DVD-nya. Aku menonton berkali-kali karena adrinalinku terpacu untuk menjadikan Laskar Pelangi menjadi ”pelangi di jiwaku”. Aku merasa ditantang untuk membangkitkan spirit untuk bersyukur dan bersabar dan berjuang. Sabar menghadapi setiap tantangan hidup. Aku kagum dengan Ibu Muslimah yang bernama lengkap N.A. Muslimah Hafsari Hamid binti K.A. Abdul Hamid. Dia adalah Ibunda Guru bagi Laskar Pelangi. Wanita lembut ini adalah pengajar pertama Laskar Pelangi dan merupakan guru yang paling berharga bagi mereka. Aku juga bangga dan terpesona dengan dengan Harfan Efendy Noor bin K.A. Fadillah Zein Noor; yang biasa disapa Pak Harfan. Kepala sekolah dari sekolah Muhammadiyah ini adalah orang yang sangat baik hati dan penyabar meski murid-murid awalnya takut melihatnya. Juga aku bangga dan kagum dengan Seorang bocah mungil, Floriana dengan sapaan Flo; seorang anak tomboi yang berasal dari keluarga kaya. Dia merupakan murid pindahan dari sekolah PN yang kaya dan sekaligus tokoh terakhir yang muncul sebagai bagian dari laskar pelangi.

Naskah Laskar Pelangi
Naskah Laskar Pelangi diadaptasi menjadi sebuah film tahun 2008 dari novel dengan judul yang sama, Laskar Pelangi” karya Andre Hirata. Film Laskar Pelangi diproduksi oleh Miles Films dan Mizan Production, dan digarap oleh sutradara Riri Riza. Skenario adaptasi ditulis oleh Salman Aristo dibantu oleh Riri Riza dan Mira Lesmana. Menurut Andrea Hirata, dengan diadaptasi menjadi sebuah film, pesan-pesan yang terkandung di bukunya diharapkan dapat lebih menyebar ke khalayak lebih luas. Film ini penuh dengan nuansa lokal Pulau Belitong, dari penggunaan dialek Belitung sampai aktor-aktor yang menjadi anggota Laskar Pelangi juga adalah anak-anak asli Belitung.

Spirit Laskar Pelangi
Menoreh pada Spirit Laskar Pelangi. Laskar pelangi mengajak kita untuk terus berjuang. Berjuang untuk untuk hidup, menjalani dan mengatasi kehidupan. Berjuang seperti yang ditunjukkan para anggota Laskar Pelangi. Tidak hanya sekolah yang menghadapi dan harus lulus ujian, tetapi hidup juga harus lolos dari sejumlah ujian. “Menunggu satu orang untuk genap menjadi sepuluh orang agar sekolah bisa terus berjalan, adalah ujian terberat bagi anggota Laskar Pelangi. Satu murid yang datang, yang meski maaf…. agak cacat mental, adalah hikmah sekaligus buah dari ujian yang membutuhkan perjuangan dan semangat.”

Dari teaser Laskar Pelangi yang menggugah spirit hidup kita, kini kita kembali pada topik utama, ”Dari laskar pelangi menuju pelangi jiwa.” Apa dan bagaimana, perjuangan apa dan spirit apa yang kita miliki dan hayai agar teaster laskar Pelangi bisa menjadi pelangi jiwa di hati kita dan pelangi jiwa bagi yang lain di sekitar kita. Dalam hidup kita dihadapkan dengan dua realitas hidup, yakni: kebaikan dan keburukan; kemudahan dan kesulitan persoalan dan jalan keluar dan pelbagai dualisme hidup lainnya.
Dua-duanya adalah ujian, tantangan dan sekaligus peluang bagi kita. Saling bertolak belakang. Dua-duanya sama beratnya. Ada orang yang diuji dengan kebaikan atau kemudahan berupa kekayaan yang melimpah, jabatan yang tinggi dan pengaruh yang luar biasa besar di masyarakat. Sebaliknya, ada pula orang yang diuji dengan kesulitan hidup, kemiskinan, kesengsaraan, tanpa pekerjaan, serta tanpa pengaruh dan kekuasaan sedikit pun di masyarakat. Kunci hidup untuk menjalani dua ujian yang berbeda itu adalah: Perjuangan, syukur dan kesabaran. Sekarang apakah kita mempu menjalaninya?
Hem…….. perlu dicatat dan diingat bahwa, “Orang yang diuji oleh kemudahan berupa kekayaan dan jabatan tinggi kadang sering lupa untuk bersyukur, sering lupa bahwa semua kenikmatan yang telah diterimanya itu berasal dari Allah, adalah berkat kemurahan Tuhan atas perjuangan hidupnya. Orang itu menjadi lupa, tidak amanah, dan tidak toleran terhadap sesamanya yang sedang diuji kesusahan. Sebaliknya orang yang sedang diuji kesulitan atau tertimpah masalah sering lupa untuk bersabar. Yang dilakukan malah menggugat Tuhan dan menyalahkan diri sendiri.
Laskar Pelangi dan Pelangi jiwa
Dari kisah Laskar pelangi, ”aku” tersadar dan disadarkan bahwa hidup itu butuh kesabaran, syukur dan perjuangan. Tengoklah kisah dibalik laskar pelangi. Film yang diangkat dari novel karya Andrea Hirata yang dibintangi oleh: Ikal, Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani dan Harun; yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di pulau Belitong yang penuh dengan keterbatasan ini mampu mengisi ”pelangi jiwa” penikmat Laskar Pelangi. Keterbatasan yang ada bukan membuat mereka putus asa, tetapi malah membuat mereka terpacu untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik. So... jadilah Pelangi bagi segenap jiwa yang Anda temui. Sebagaimana para ”Laskar Pelangi” menjadi ”Pelangi jiwa” bagi Anda dikala menonton Laskar Pelangi!

Sabtu, 03 Oktober 2009

Perempuan dibayar Puisi*

Perempuan yang Dibayar Puisi Cerpen Faisal Syahreza Dimuat di Batam Pos 06/14/2009 Telah Disimak 262 kali

Aku merasa bersalah bila menatap matamu yang bagai ceruk dalam, setelah hangus dalam ranjangmu semalam. Oh tapi aku tahu itu keinginanmu bukan? Kau bahkan sepertinya bahagia bukan kepalang bila malam-malam – ketika tak ada satu lelaki pelanggan pun yang melirikmu dan mau tidur denganmu – aku datang dan menyambutmu berpelukan sayap lelaki bujang. Aku merasa sesat terjebak lagi dengan pertemuanmu, bagai menemukan beruang lapar di hutan. Dan sebaliknya anehnya jadi serba salah, bila aku tak kunjung bertemu denganmu, aku merasa dingin,sepi sekali. Aku merasakan sedang berenang di lautan es tanpa busana. Tanpa ada rumah menyambutku dengan api unggun dan segelas susu hangat ketika pulang.
Aku selesaikan ciumanku denganmu begitu khdimat. Kau sempat menghempaskan tubuhmu lagi di kasur empuk, merubung tubuhku dengan goda. Dan ingin kembali luruh ketika jari lentikmu mengajak bercinta lagi. Tak bisa, kataku padamu. Aku harus pulang, kuliah pagi ini. Aku harus siapkan buku dan makalah. Mata kuliah mengajarkanku membagi waktu sebaik mungkin, cinta dan karir bebarengan. Mudah-mudahan lancar, ucapku. Agar ia mengerti dan mau mendoakanku.
Aku tahu dia pulang dan merasakan kengerian yang bisa aku tangkap dalam kecemasannya, ketika aku mengancingkan kemejaku. Dia selalu cemas dasyat. Padahal dia perempuan masih muda dan cantik dengan bibir yang tak bosan-bosan menawarkan candu. Tubuhnya ramping, dan di dadanya sepasang apel matang. Dia tak terlalu pintar cara bercerita tentang dirinya juga hidupnya.Otak yang sedemikian tergambar dari perilakunya. Setelah mencermati perjumpaan berkali-kali, dia masih cukup pantas sekolah di kampus swasta. Aku tahu dia cemas sekali, sangat bisa aku rasakan. Namun senantiasa dia menyerukan, tak ada apa-apa aku, karena baginya diriku tujuannya. Dia selalu seperti itu bila kutanyai ‘ada masalah?Aku tak mau memaksa menanyainya, tak ada gunanya. Dia perempuan paling cantik dan paling bisa memahamiku di segala hal di usiaku yang muda. Aku masih ingat dengan ice cream ia pilihkan untukku. Bukan main mengapa dia bisa mengetahui aku menyukai rasa coklat dengan balutan selai strobery dan kacang. Bagi orang ini sepele, bagiku ini luar biasa. Ini sesuatu yang sempurna, apalagi ketika dia membelikanku baju berwarna putih bermotif anak anjing. Dia seakan dikirim Tuhan untukku. Dengan segala kekuasaan yang menyihirku. Orang bisa menemukan pasangannya membuat ia nyaman, dalam hal kecil maupun hal besar.
Makanya, aku tak melepasnya begitu saja. Dia kupelihara bagai sebongkah tanah ditanami pepohanan jangkung. Bermacam buah bergelantungan di rimbun dan keteduhan daunan di hatiku. Setiap kemarau aku ada di sana. Setiap musim hujan aku akan di sana, menengokinya, menengoki kebun siap panen di segala musim. ‘Aku cinta kau wahai kebun yang setiap saat siap kupetik' padanya kubisiki.***
Selesai kuliah, bergegasku menuju taman parterre. Di sana merebahkan tubuhku ke rerumputan menatap kemilau cahaya senja di daunan. Aku ingin menulis puisi. Akan kucari tempat membantu pikiranku jernih. Mengingat-ingat gadis dulu sempat aku taksir, Dini, Kiki, Fuji, Sri, Putri, Wia, banyak lagi. Aku ingat-ingat mereka. Membantu mencairkan perasaan dituangkan ke tulisan.
Ada nyamuk-nyamukmengganggu lamunanku. Aku tak sempat membuka buku catatan menuliskan sepatah kata pun, ketika temanku datang. Knalpotnya nyaring, merobek lengangnya sepi taman. Ah, Erik selalu begitu, gengster motor punya sikap semaunya. Dia mengajakku pulang ke kostan, aku ikut dengannya. Setelah menawariku membeli sebotol anggur dan sebungkus rokok. Aku setuju saja. Habis perkara sudah.***
Dia malah tidur sesampainya di kost. Aku malah ingin berdiam sejenak. Aku kangen perempuan yang selalu menghanguskanku diranjangnya itu. Perempuan senantiasa menyimpan kenangan tentangnya di lipatan ingatanku. Aku menyalakan komputerku perasaan ingin menulis puisi yang sempat hilang. Ternyata aku ingin menulis puisi untuk seorang perempuan yang baru aku kenal. Dia lebih berguna dari yang aku kira. Dari bayang dia aku coba raih di batas pikiranku, aku dapati potongan puisi. Oh, ini sepatutnya tugas calon penyair yang berusaha mencari pengakuan. Penyair kesepian.Kemudian perlahan aku ingin terbakar oleh tubuhnya. Mungkin aku harus sedikit mengingat beberapa adegan ranjang dengannya. Seperti, bagaimana segalanya milikku habis ia hisap. Seperti menghisap sari-sari kekuatanku lenyap dan lelah meliputiku, waktu itu.***
Erik sudah pulang tentunya, selalu pergi bila telah malam, jalanan lengang. Ketika jalan mulai jarang kendaraan. Seribu kupu-kupu bulan, bermunculan dengan luka dan tangisan sangat rahasia, tak bisa didengar. Entah apa yang ia cari di sepi itu. Aku ke luar kost, menuju warung di ujung jalan. Hanya beberap kios masih buka.“Rokok.”“Berapa?”“Setengah bungkus.”Aku hendak mencari makan, perut kelaparan. Malam lumayan larut, hampir jam duabelas, aku berpikir tak dapat makanan. Untung kawasan kampus, ada saja beberapa warung buka 24 jam. Meski kutahu, lauknya dingin dan sisa tadi tak laku dibeli orang. Aku menuju jalan. Menikung di gelap malam. ***
Oh, tidak kau, kataku setengah terkejut. Kudapati sepasang matamu lagi-lagi melukis kecemasan membadai. Aku tak sanggup memandangnya. Lalu kau tersenyum. Dan.“Bahagia rasanya.”Aku memeluk tubuhnya yang setengah beku. Mungkin sudah lama di sini. Di simpang jalan lengang hanya ada remang bulan. Dia masih memiliki tangan hangat dan bau parfum yang aku suka. Aku cintai dia seperti mencintai sebatang rokok satu-satunya. (rokok pada saat itu bukan main istimewanya). Aku senang bisa tanpa sengaja bertemu dia. Seakan tak kehabisan cerita di obrolan keluar dari mulutku ini. Dia seakan tak bosan mendengar ocehanku meski terkadang sama sekali tak penting.Lama juga waktu dibabat habis, dingin tak terasa lagi saat itu. Aku kehabisan cerita, dia nampak lelah mendengarkannya.Aku harus bagaimana?***
Kini setelah aku ambil keputusan mengajaknya ke kostan, aku sendiri bingung, apa dilakukan di ruang kotak penuh kekosongan. Aku menyuruhnya tidur di kasurku yang tipis. Dia tersenyum bersandar di punggungku, kau hangat. Katanya sambil terbenam begitu saja. Bagai seekor burung menemukan sarangnya di atas pohonan tinggi dan aman. Aku mencoba mencegahnya, mencegah diriku nekat lagi memberangus diri. Aku tak enak kamar sebelahku bila ia ternyata mengetahui apa yang terjadi di kamarku bila lepas dari control, berselancar di lautan kasmaran.
Perempuan itu seakan tak gelisah, malah membuka pakaiannya hanya menyisakan kutangnya dan celana dalamnya kemudian kembali meringkusku. Aku tergoda, tapi tetap tegar berusaha lepas cari cengkramannya yang membabi buta. Dia bukan seorang yang pantang menyerah rupanya, dia berbisik padaku, kamu kangenkan sama hangat tubuhku, sambil mencoba meluruhkan lagi diriku.
Aku nyalakan komputer. Siapa tahu dia mengerti sikapku itu. Komputerku meraung suara kipas dan mesinnya. Dia sedikit kecewa dan matanya kini terasa jenuh, maafkan aku dalam hatiku padanya.***
Ini puisi yang kutulis saat ingat kamu, seruku pada perempuan yang kucintai itu bagai menyukai permen manis di lidahku. Aku goyangkan tubuhnya yang kini telanjang. Aku merasa dia nyaman.Lihat puisiku ini, bujukku, aku coba mengirimkannya ke koran-koran.Dia melorot lagi dalam genggaman tanganku. Aku sedang merasa memberitahukannya ini semua karenamu aku bisa menulis. Tapi dia terus berpindah dari samping kananku, ke samping kiriku begitu seterusnya. Aku tahu dia merasa tersanjung. Aku segera memerhatikan lekuk tubuhnya penuh dengan cindramata itu. Kenangan manis dalam ingatan.
Oh tidak! Kutemukan berbagai luka lebam di antara tubuhnya. Di punggungnya, dada, lehernya, selangkangannya dan di betisnya. Luka pukulan benda tumpul. Hatiku gusar, siapa berani menyakiti tubuh mulusnya ini. Aku bersumpah ingin mematikannya dalam cekikanku yang lambat agar tahu rasanya kematian.
Aku ciumi luka-lukanya dan kutemukan kisah baru. Hangus segalanya. Menuju malam hangat di perapian. Dan pada luka-luka di tubuh perempuan itu, aku menemukan diriku, bapakku, pamanku, teman-temanku, guruku, orang asing, yang tak kukenali sebelumnya. Mengapa wajah-wajah mereka jelas sekali.*** Pagi. Begitu terbangun dia tak ada, hanya mesin komputerku dan printerku menyala. Kertas berserakan. Oh dia – perempuan itu – melakukannya sebelum aku bangun. Dia mengambil haknya sebagai perempuan yang kupinang malam itu, dengan beberapa puisi sebagai mahar, pengganti kebahagian yang tak kukira akan kurasa. Dan kudapatkan dari dia kenikmatan tiada tara. Aku ingat lagi dia – perempuan itu – berkata ‘harus pulang ke rumah pamannya pagi sekali dan membawa uang setoran, sebelum matahari mencuri segalanya darinya. Dan kini kulihat matahari muncul dengan sinarnya membawa cerita usang dalam hidup yang siap dijalani lagi seperti hari sebelumnya.***

Rabu, 30 September 2009

"Lagi-lagi dan lagi" Bencana derita dan tangisan Pertiwi

By: Romald Kahardi

Kemarin sore aku dengar berita
menyaksikan kabar dari layar Tv
pagi ini aku baca di Koran
tentang sebuah tragedi
bencana mengguncang Bumi andalas.

Sebagian besar wilayah ini diguncang gempa bumi yang dasyat dan meluluhlantakan tanah, bangunan dan perumahan warga di sana.
Ada isak dan tangis
ada teriakan histeris
ada yang lari tunggang-langgang
berlari dan berlari
sambil menggendong bayi
dan menjunjung kardus.............
entah kemana dan tujuannya kemana???????????
Tak tahu,
yang penting berlari
lari menyelamatkan diri..............
Ada yang berdesak-desakan
berebutan dan saling mendahului dijalanan.
tak hayal ada yang terlindas
tertindih satu sama lain.

Dipojok sana ada seonggok bangkahan
reruntuhan bangunan
yang terluluhlantah akibat amukan alam.

Di sisi kiri dan kanan ada wajah bercampur darah.
Di depan sana ada manusia bersimbah darah
uhhhhhhhhhhhhhh....

Kemana lagi kaki berpijak
kemana lagi mata harus terpanah
semua serba galak

Tak sanggup
tak sanggupku menatap
jangankan ke arah depan
ke kiri dan kanan
apa lagi menoleh ke belakang aku tak sanggup
karena mereka dikejar kepanikan yang membuncah.

Tuhan Aku Tak tega menyaksikan penderitaan mereka
beri mereka jamahan dan sentuhan
sentuhan yang menyapa nurani
agar mereka bisa tersenyum
membangun kembali harapan
berjuang melanjutkan hidup
Kepada-Mu kuserahkan penderitaan dan hidup mereka, AMIN>

Tuhan ketuklah hati setiap insan pertiwi dan sapalah jiwa segenap penduduk semesta agar mereka bahu-membahu membantu dan menyalurkan "KASIHMU" bagi saudara-saudaraku di bumi Andalas sana. AMIN!

Rabu, 09 September 2009

CICAK CICAK

By: Romald Kahrdi

Pagi datang menjemput
Dentuman alarm handphoneku berdecak bersahutan
Seorang saudara menyapa
dalam alunan suara semesta
cik-cak-cik-cak
Selamat pagi kawan
Hari sudah pagi
Bangkit dan mulailah harimu dengan doa
Persembahkan hidupmu untuk semesta

Kubuka mata
Menatap cakrawala kamar
Kudapat seorang sahabat menyapa
dalam lagu alam semesta
cik-cak-cik-cak
Selamat pagi kawan
Hari sudah pagi
Bangkit dan mulailah harimu dengan doa
Gunakan hidupmu untuk kebaikan semesta!

SEGELAS KOPI BERSAMA BAPAK LISTYO

By: Romald Kahardi
Pagi ini, aku bercanda dan bertatap muka sejenak dengan Bapak Listyo, guru bidang studi Matematika di SMA Charitas. Bapak Listyo adalah salah satu rekan kerjaku di SMA Charitas yang cukup senior. Ada banyak hal yang kami perbincangkan dalam ngopi bareng pagi ini. Diantara sekian banyak hal yang diperbincangkan adalah soal pekerjaan, yaitu mengajar.

Mengajar Matematika bagi Bapak Listyo adalah hobby, bukan hanya sekedar tugas. Walaupun hobby ia sanagt mencintai dan melaksanakannya dengan serius. Karenanya ia sangat mencintai pekerjaannya. Tidak heran walau jam mengajarnya kini melebihi ambang batas yakni 41 jam; karena salah satu rekan yang mengasuh pelajaran matematika di SMA Charitas berhalangan karena cuti, ia pun rela menerima tugas ini dengan ikhlas hati.

Baginya, matematika adalah dapur hidup bagi keluarganya. Istrinya juga adalah seorang guru matematika. Dari Matematika dia bisa mencukupi kehidupan keluarganya. Apa yang membuat bapak dua anak ini sangat mencintai pekerjaannya? Mungkin ada yang bilang mengajar itu beban, tapi guru yang satu ini, melihat mengajar sebagai hoby yang mengasikkan. Selama berkiprah sebagai guru, Bapak Listyo telah mengabdikan sebagian hidupnya untuk kemajuan pendidikan di Jakarta. Walaupun ia seorang guru di Charitas, namun pengabdiannya tidak hanya terbatas di SMA Charitas tempat ia mengajar tapi ilmunya dipakai oleh banyak anak sekolah yang meminta prifat matematika dengan dia. Baginya, Pekerjaan dan kepercayaan tentang tugas dan tanggunjawab itu harus dilaksanakan dan dikerjakan dengan serius, sehingga hasilnya tidak mengecewakan kita. Dan jangan lupa, pengalaman selalu menjadi pemacu dalam meraih sesuatu impian. Kita harus belajar dari pengalaman dan pandai membaca dan memanfaatkan peluang dalam mengejar impian dan cita-cita.

Wah...... obrolan singkat ditemani secangkir kopi kapal api pagi ini ternyata memperkaya khasana pengetahuan dan membangkitkan semangat dalam mengejar impian yang menjadi dambaanku (kita). Terima kasih Bapak Listyo. Persaudaraan tidak memandang usia dan asal yang penting kita memaknai persahabatan dengan sesuatu yang membangun. Saya harus belajar banayak dari pengalaman bapak Listyo. Ketegasan dan kedisiplinan hidupnya berbuah keberhasilan. Selamat sukses Pak dan terimakasih untuk ngopi barengnya.

Jumat, 04 September 2009

GAMELAN MASUK GEREJA

WouUUUUU......... ning, nang, ning, nung,..... riuh lirih gamelan berkumandang membahana di Gereja St. Stefanus Cilandak, Minggu, 30 Agustus 2009. Alunan suara gamelan itu berdenting gemerincing indah nan syahduh hasil racikan dan binaan Bapak Hartono dan Ibu hartono dengan pelatih Vokal bang Romald, Sr. Emi , FCh dan Ibu Clara Ninung dari SMA Charitas Jakarta. Betapa tidak, Ruang Gereja pagi itu lain daripada biasanya; dimana musik gamelan menjadi pengiring lagu-lagu perayaan misa. Hari itu, di pagi yang cerah, kelompok Paduan Suara SMA Charitas mendapat kesempatan untuk menyanyi di Gereja dengan iringan musik tradisional Jawa, musik Gamelan bersama gending jawa.

Hehehehehe... siapa sih penabuh gamelannya? Siapa lagi kalau siswa-siswi SMA Charitas Jakarta....... Hebat and top buanget deh..... Gendingnya gending Jawa, misanya gaya Jawa, inkulturasi gitoeloh..... Mengiringi perayaan Ekaristi Di gereja dengan alat musik Organ dan Keyboard itu biasa.... karena organ adalah khas pengiring musik gereja di lingkungan Gereja Katolik; apalagi di ibu kota Jakarta; Namun mengiringi lagu gereja dengan musik tradisional apalagi dengan musik gamelan adalah sesuatu yang istimewa, langka dan luar biasa; apalagi para sinden dan penabuh gamelanya adalah orang muda, pelajar SMA yang kerap kali mempunyai image di masyarakat yang 'demen' banget dengan musik POP!!!!???? karena itu salut dan profisiat buat para siswa SMA Charitas jakarta yang mempunyai kepedulian dengan budaya nasional indonesia.
Musik gamelan merupakan ikon musik tradisional Jawa dan sudah mendunia. Kalau orang luar berbondong-bondong datang ke Indonesia untuk belajar gamelan dan membawa musik gamelan ini ke negaranya serta mempromosikan ke negaranya; mengapa kita sebagai pemilik Musik Unik ini kurang menaruh minat padanya........... (pertanyaan iseng nie...) Pertanyaan ini tidak berlaku untuk SMA Charitas. Mengapa? Di SMA Charitas Jakarta, sekolah yang bernaung dibawa Yayasan Pendidikan Charitas, milik Kogregasi FCh. (Suster-suster Charitas) Musik Gamelan dimasukan dalam kurikulum sekolah dan dimasukan dalam pelajaran sekolah. Yah... jadilah Gamelan itu diwariskan ke generasi muda .............. ajip....... dan TOp abis.............!!!
Jadi salut buat kelompok Paduan Suara SMA Charitas dan para pemain/ penabuh gamelan yang telah memberikan warna baru dalam lingkup perayaan dan memasuki ruang relung hati umat Geraja Katolik St. Stefanus Cilandak, Jakarta. Alunan gending membuka rongga jiwa warga gereja untuk semakin dekat dengan sang Penciptanya............. in omnibus Charitas dan Ngumandang Laras ingukoro Sekolah Charitas miwiti kiprahnyo, pranyoto kang dadi panjongko, Memetri sing budoyo, in omnibus charitas dasaring ngapdi, yo konco, yo konco promitro, muliagno kang mo kwoso......!!! (Dialek jawanya agak nyerempet......... abis yang nulis dan nyanyi ini bukan wong jowo tapi wong Flores.... sory ya....????)

Rabu, 19 Agustus 2009

Salam Merdeka

Merdeka...... merdeka.... meredeka..... itulah satu kata ucapan selamat dihari kemerdekaan RI yang ke 64 yang saya terima dari saudaraku di Flores. wowwwwwwwwwwwww... ada gebyar merdeka di HPku ketusku dalam hati. Akupun balik mereplay salam merdeka itu dengan kata dan ka imat berikut, "Salam merdeka buatmu semua........"
Dari ufuk timur terdengar pekikan merdeka, dari baratpun tak ketiggalan; ditempat aku bekerja juga ada gebyar merdeka..... tapi apa arti kemerdekaan buat "MU" dan BUar"KU" Bagiku, merdeka adalah kebebasan. Bebas dari ... demi sebuah perjuangan dan cita-cita.............. emang cita-citanya apa sih....
Ya,.... merdeka untuk menunjukkan eksistensi diri sebagai seorang "ROMALD KAHARDI" dan sebagai seorang pribadi yang unik utuh dan berjiwa besar.............. hahahahahhaa... Terus bagi"MU" merdeka adalah Bebas dari segala tuntutan yang mengikat diri............
WAh........... ini hanya sekedar cemilan Kemerdekaan, yang utama dan yang terutama di hari Ulang tahun kemerdekaan RI yang ke 64 ini aku berdoa, "Biarlah negara dan bangsaku sungguh-sungguh menjadi Bangsa yang berdaulat, bersatu, adil dan makmur; serta bangsaku menjadi Bangsa yang bermartabat. Aku juga berdoa agar jasa-jasa pahlawan dihargai oleh kita dan terutama oleh yang kuasa"....... AMIN.......AMIN.....dan.....AMIN.

Rabu, 05 Agustus 2009

Mbah Surip

Mbah Surip
By: Romald Kahardi
"Tak Gendong kemana-mana....... bangun tidur, tidur lagi.........." Itulah dua penggalan lirik lagu Mbah Surip yang terbilang fenomenal akhir-akhir ini. Luar biasa, hanya dengan lirik sesimple itu ia berhasil menghipnotis pemirsa televisi dan radio di tanah air. Siapa yang tak kenal Mbah kita yang satu ini........
Seorang anak manusia dengan penampilan sederhana, tidak sombong dan setia pada komitmenya untuk selalu tampil "asli" kocak da unik..... ketawanya yang ngakakkkkk... Hahahahahahahahahahahaha........ membuat orang senang dan terhibur.............

"Tak gendong kemana-mana....." dengan ketawanya, penampilannya yang unik, lagunya yang eksentrik, Mbah Surib berhasil "menggendong" setiap orang yang mendengarnya, menjumpainya dan melihatnya kemana-mana sesuai dengan lirik lagunya itu... hahahahahahaha....

"Bangun tidur, tidur lagi......."demikian bunyi lirik lagu Mbah Surip.... ketika sang legenda masih hidup..... namun kini, "bangun tidur, tidur terusssssssssssss..... tapi walau begitu....... sang empunya "bangun tidur, tidur lagi dan Tak Gendong kemana-mana" selalu ada dihati kita penduduk negeri ini..... Selamat jaan Mbah Surip.... I love You Full.........

Rabu, 27 Mei 2009

RI 01 & 02 Dalam Kampanye

RI 01 & 02 Dalam Kampanye
Romald Kahardi
Hingar-bingar politik di negeri kita beberapa bulan terakhir ini mulai menghangat. Para capres dan Cawapres serta tim sukses tengah disibukkan dan larut dalam menyusun strategi, melempar opini ke media (masyarakat) untuk menarik simpati mereka.
Ada yang mengaku unggul di bidang "ini" dan bidang "itu". Tak pelak juga Kampanye "hitam" kadang dibuat untuk membunuh karakter Capres lain. Sindir-sindiran tentag jargon kampanye juga sering terdengar dan kita saksikan di Pelbagai media. Itulah politik, ada kawan, ada lawan, ada yang cepat dan ada yang lambat. hari ini "kita' besok mungkin "mereka" atau sebaliknya hari ini "Mereka" besok mungkin "kita". Itulah politih sush di tebak!
Atas nama rakyat!
Ketiga pasangan capres dan cawapres / pasangan RI 01 dan RI 02 yang kini tampil di TV dan pelbagai media sama-sama menggunakan kata "rakyat" dan mengatasnamakan rakyat dalam propaganda politiknya masing asing. Pertanyaannya, rakyat yang mana? Aku juga rakyat, dia rakyat, mereka rakyat dan kita juga rakyat. Jadi intinya kampanye adalah: ajang untuk merebut dan memenangkan simpati rakyat.
Kita mau pilih yang mana?
SBY Berbudi, JK Wiranto atau Mega Prabowo? Yang jelas, siapapun pemenangnya nanti, kita adalah rakyatnya; Indonesia adalah negaranya; Pancasila adalah dasar negaranya; Garuda Pancasila adalah lambang negaranya; UUD 1945 adalah konstitusinya; Nusantara adalah wilayahnya; Bahasa Indonesia adalah Bahasa negara dan persatuannya; NKRI adalah harga mati dan Merah putih adalah bendera negaranya, bukan Bendera Partai seperti Bendera Partai Demokrat, bendera PDIP, bendera Golkar, bendera Hanura, Bendera Gerindra, bendera PKS, bendera PPP dan bendera PAN.
Perpaduan "muka lama" dan "muka baru"!
Menarik bahwa pasangan calon RI01 dan RI02 kali ini merupakan perpaduan antara muka lama dan muka baru. Muka Lama seperti : SBY, Megawati, JK, dan Wiranto. Muka baru adalah Budyono dan Prabowo. Perpaduan antara muka lama dan muka baru ini menarik untuk dicermati. SBY Berbudi adalah paduan antara muka lama dan muka baru; Pasangan Mega Prabowo adalah paduan antara muka lama dan muka baru; sedangkan pasangan JK wiranto adalah paduan antara muka lama dan muka lama dalam tampilan yang beda. Walaupun demikian, Calon RI01 dan calon RI02 kali ini adalah pentolan politikus, profesional dan bisnisman.
Pasangan Nusantra?
Pasangan JK Wiranto mengklaim diri sebagai pasangan Nusantra, emang yang lain dari Luar Nusantra? Cara pandang dan sudut pandang tentang ketiga pasangan ini jelas sangat berbeda dari tiap-tiap orang tergantung siapa yang mengungkapkanya. Ada dikotomi pemahaman antara Jawa dan Luar Jawa, Sipil dan Militer, Politikus dan Profesional semuanya adalah pasangan yang lahir dari rahim ibu pertiwi. Mereka adalah anak nusantra. Asal boleh beda, {Jawa dan luar jawa) tapi kembali lagi ditegaskan bahwa: kita adalah rakyatnya; Indonesia adalah negaranya; Pancasila adalah dasar negaranya; Garuda Pancasila adalah lambang negaranya; UUD 1945 adalah konstitusinya; Nusantara adalah wilayahnya; Bahasa Indonesia adalah Bahasa negara dan persatuannya; NKRI adalah harga mati dan Merah putih adalah bendera negaranya. Jadi Klaim Nusantara adalah wajar dan diperuntukkan bagi semua.

Kamis, 21 Mei 2009

BantanG KuduT Ka'enG CamA

Leso-lesoho'o
Leso reke cumang tau
Nuk bantang gemi sua
Bantang kudut ka'eng cama

Leso-leso ho'o
Leso reke cumang tau
Lorongbantang weta nara
batang lorong gemi anak

Lako lawa yo...
lakocama-cama
Lako lawa yo...
Lako cama-cama
Kaping tanah d'anak dading
Tegi jari agu nai ngalis
Kudut mangan beka agu buar
Beka's weki tambang's dari
Tuka ngengga koe tiba'r lise dading
Reweng gerak agu momang gami anak's
Lorong bantang kudut ka'eng cama's anak dite
Nggalas koe nai
Tiba reweng gami anak'm
Lorong bantang anak dite
Bantang kudutka'eng cama

Minggu, 10 Mei 2009

MAI POTA CACI

Mai sanggen't taung ite lawa Manggarai
Mai pota caci sale natas data Mantang
Caci lorong wagal anak momang data Noa
Mai pota congka agu lomes'n reba jomel

Mai cama, ite lawa
pota congka, Rait caci
Sale natas Mantang

Mai Cama, Ite lawa
Rame danding, ndundung dake
intur lomes'n, reba jomel

Mai sanggent taung ite lawa Manggarai
Mai pota caci sale natas data Mantang
Caci lorong wagal anak momang data Noa
Mai pota congka agu lomes'n reba ngoel

Mai cama, ite lawa
pota congka, Rait caci
Sale natas Mantang

Mai Cama Ite lawa
Rame danding, ndundung dake
intur lomes'n, reba jomel
Jakarta, 11 Mei 2009

Rabu, 06 Mei 2009

Di kala kesal menghantaui nurani

Dikala kesal menghantui nurani
jiwa meronta berganti tanya
Dikala kalut menyelimuti jiwa
nurani bertutur merenggut nadi
Dikala kata memompa nafas
Hati terhentak menusuk dada
inikah namanya Kalut?
inikah namanaya pusing?
inikah namanya kesal?
inikah namanya bete?
Dikala tanya menyapa hati
nurani berujar ingin berbisik
Dikala sapa bertemu nadir
hati bertanya kepada jiwa
inikah namnya tanya?
inikah namanya sapa?
inikah namanya gusar?
Dikala kesal menghantui jiwa
hati berujar mencari kedamaian.

JK- WIN dan RI OnO

Peta politik menjelang Pemilu Presiden kian mengerucut. Kini sudah ada satu pasangan Capres dan Cawapres yang sudah sepakat untuk Maju dalam perebutan Kursi RI one. Mereka adalah Pasangan JK-WIN. JK-Win diusung oleh Partai Golkar dan Partai Hanura. Siapa menyusul????????!!!!!!!!!!

Lebih cepat lebih baik! JK WIN adalah pasangan Capres dan Cawapres tercepat dalam memproklamirkan diri untuk bertarung dalam pilpres mendatang. Ya, pas sesuai dengan slogan yang sering dimuntahkan JK, yakni: "LEBIH CEPAT LEBIH BAIK"

Pertanyaannya, Akankah pasangan ini menjadi Pasangan tercepat dalam menggapai impiannya untuk berkantor di "pusat Rumah tangga" Indonesia kelak? Profisiat buat JK-WIN dan selamat Berjuang merebut simpati masyarakat Indonesia!

Selasa, 24 Maret 2009

Bom Cebo Lelo

Bom Cebo lelo
Versi 1

Bom cebo lelo, bom…bom….bom cebo lelo, bom…bom …..bom cebo lelo
cebo lelo anak momang d’amang – inang
Bom cebo lelo, bom…bom….bom cebo lelo, bom…bom …..bom cebo lelo
cebo lelo anak momang d’inang – amang

Bom cebo lelo, cebo lelo amange
Bom cebo lelo, cebo lelo inange
Ooo ………. Inango, Ooo……….. amango
Bom cebo lelo, cebo lelo anakme

Bom cebo lelo, bom…bom….bom cebo lelo, bom…bom …..bom cebo lelo
cebo lelo anak momang d’amang – inang
Bom cebo lelo, bom…bom….bom cebo lelo, bom…bom …..bom cebo lelo
cebo lelo anak momang d’inang – amang

Konem tadang lako pala’n anak momang d’amang - inang
Naring laku ai reba’n anak dite
Konem nanang na’lata bana weki nggelok gaku
Toe caman anak momang d’amang – inang
Bom cebo lelo, cebo lelo anakme

Naigo amang, nuk ho’o inang
Latang anak momang d’inang - amang
Bom cebo lelo, cebo lelo anakme

Konem tadang’n lako pla’n anak d’amang - inang
Toe gega laing le nai nggelok daku
Konem manga’s momang agu omar lata bana
Toe caman omar agu momang le’anak momang d’amang - inang.
Ai aku nanang reba momang d’amang - inang
Bom cebo lelo, cebo lelo anakme

Jakarta, 03 April 2009



Bom Cebo lelo
Versi 2

*
Bom cebo lelo, cebo lelo amange
Bom cebo lelo, cebo lelo inange
O ………. inango
O……….. amango
Bom cebo lelo, cebo lelo anakme

**
Konem manga reba bana
Toe caman anak d’inang - amang
Konem nanang lata bana
Toe caman anak d’amang – inang

***
Naigo amang, nukgo inang
Latang anak dite
Bom cebo lelo, cebo lelo anakme

”Kembali ke * sampai *** lalu balik ke ** ditutup ****”

Jakarta, 03 April 2009

bangunkan "mereka" di alam baka

Gemuruh bergelora
membelah nurani bumi
membesuk bianglala

Ada tangis bersemi kalbu
air mata bumi tertumpah
membongkar sukma insan pertiwi

Ada nyawa terbang melayang
membenam bersama gemuruh alam
Ada nyawa bertabur tangis
pergi bersama hembusan air

Tuhan
Inikah namanya duka
inikah namanya piluh?

Datang bersama kumandang adzan
bagai badai samudra pertiwi
menyapu
mengobrak
membenam bumi
Badai menerpa insan kehidupan

Tuhan bangunkan "mereka" di alam baka.

INDONESIA JAYA

Indonesia
Kubangga negeriku
Kubangga bangsaku
Indonesia jaya

Indonesia
Berkibarlah benderaku
Belahlah langit pertiwi
Merah putih bergema
Membentang di langit pertiwi
bangkitlah bangsaku
Indonesia jaya

Jakarta, 20 Mei 2008

Senin, 16 Maret 2009

LAKO PALA NETENG TANA

Lako pala neteng tanah
Limbang tacik legong natas labar, reba
Kawe mose gula mane
Kudut mangan mose leso

Titong salang
Tegi somba dite ende emage....

Mo mongkos kole mbohes
Hitu trok d'empo danong, reba
Laong bakok koe du lako
Lalong rombeng koe du kolen

Tegi gerak
Agu nawas dite ende agu emage....

Lako reba
Neka rantang reba
Tegi berkak one morin
Kudut jari agu jirin dite mose

Jakarta, Maret 2009

Kamis, 12 Maret 2009

MENAKAR DAMPAK LINGKUNGAN EKSPLORASI PERTAMBANGAN DI MANGGARAI BARAT

Beberapa bulan belakangan ini, berkembang polemik di masyarakat tentang perlu tidaknya mengeksplorasi / mengeksploitasi tambang di Manggarai Barat. Pihak yang pro pertambangan melihat ini sebagai suatu kesempatan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dan memajukan perekonomian. Akan tetapi, pihak yang kontra melihatnya dari aspek yang lain, yakni dampaknya bagi lingkungan sosial dan lingkungan alam. Disadari atau tidak, kegiatan eksplorasi/eksploitasi tambang Berdampak ganda; membawa dampak positif dan negatif bagi masyarakat. Akan tetapi yang perlu dipikirkan adalah dampak atau efeknya terhadap kehidupan ekosistem alam dan generasi yang akan datang.

Tulisan ini bermaksud untuk memberikan gambaran sejauh mana eksplorasi / eksploitasi tambang itu membawa efek bagi kehidupan sosial dan lingkungan alam Manggarai Barat. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggugat atau menghakimi yang pro pertambangan dan memberi dukungan moril kepada kelompok yang kontra terhadap eksplorasi/eksploitasi tambang di Manggarai Barat. Tulisan ini memandangnya dari sudut pandang pengetahuan penulis dari hasil otak-atik saya melalui dunia maya. Walaupun bahan dasarnya diambil dari dunia maya, namun hasilnya saya rasa perlu untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi para pengambil dan penentu kebijakan dan bagi masyarakat manggarai Barat.

Para pelaku bisnis pertambangan, pemerintah, dan para pengamat ekonomi sangat jeli dalam membingkai dan membungkus investasi pertambangan, baik tambang mineral maupun minyak dan gas. Mulai dari bungkus kepentingan devisa, penyediaan lapangan kerja, mempercepat pertumbuhan ekonomi, hingga bungkus mengurangi angka kemiskinan. “Framming” yang begitu sempurna, tapi betulkah industri pertambangan akan membawa kemakmuran bagi rakyat?Ada sebuah olok-olok yang kerap dilontarkan oleh kelompok pro pertambangan ketika menanggapi sikap kritis masyarakat yang menolak hadirnya industri pertambangan di daerahnya, kurang lebih begini, “Jika tak setuju dengan pertambangan, kembali saja ke zaman batu. Juga tak usah lagi menggunakan alat-alat yang menggunakan bahan dasar mineral”. Olok-olok ini mereka lakukan sebagai bunuh diri filsafat, atas ketidakmampuan mereka menjelaskan hubungan antara pertambangan dan kemakmuran rakyat yang sebenarnya tidak pernah berkorelasi positif.

Manggarai Barat tak lama lagi akan memasuki fase rezim industri tambang mineral atau rezim industri keruk. Tanda-tanda akan munculnya rezim industri tambang terutama mangan di Manggarai Barat telah tampak di depan mata. Setidaknya ini yang muncul ke permukaan dan menjadi bahan perbincangan masyarakat manggarai barat akhir-akhir ini. Industri pertambangan merupakan industri yang tidak berkelanjutan karena tergantung pada sumberdaya yang tidak terbarukan. Jika kemudian kelompok pro pertambangan begitu yakin bahwa industri tambang akan membawa kemakmuran. Bagaimana dengan dampak lingkungan yang akan di wariskan industri pertambangan, terutama setelah beroperasi?. Justru akan lebih memiskinkan masyarakat di sekitar areal pertambangan.

Pengelolaan lingkungan hidup dalam operasi pertambangan seharusnya meliputi keseluruhan fase kegiatan pertambangan tersebut, mulai dari fase eksplorasi, fase produksi, hingga pasca penutupan tambang. Belajar dari catatan operasi penutupan pertambangan yang dilakukan oleh PT Barisan Tropical Mining (milik Laverton Gold Australia) di Sumsel, PT Indo Moro Kencana (milik Aurora Gold Australia), PT Newmont Minahasa Raya (milik Newmont Amerika Serikat), PT Kelian Equatorial Mining (milik Rio Tinto Inggris-Australia). Seharusnya Manggarai Barat telah bersiap diri dan banyak belajar dari kasus-kasus pertambangan di wilayah lain di Indonesia.

Fenomena yang terjadi pada industri pertambangan di Indonesia, justru perusahaan tambang tersebut memiliki kekebalan untuk tidak mentaati aturan-aturan lingkungan hidup dan dapat dengan bebas melakukan pencemaran tanpa takut mendapatkan sanksi. Perilaku lainnya adalah praktik pembuangan limbah pertambangan dengan cara-cara primitif, membuang langsung limbah tailing ke sungai, danau, dan laut.

Industri pertambangan pada pasca operasi akan meninggalkan banyak warisan yang memiliki potensi bahaya dalam jangka panjang, antara lain; Lubang tambang (Pit), Air asam tambang (Acid Mine Drainage), dan Tailing.

Pertama, Lubang Tambang. Sebagian besar pertambangan di Indonesia dilakukan dengan cara terbuka. Ketika selesai beroperasi, perusahaan meninggalkan lubang-lubang raksasa di bekas areal pertambangannya. Lubang-lubang itu berpotensi menimbulkan dampak lingkungan jangka panjang, terutama berkaitan dengan kualitas dan kuantitas air. Air lubang tambang mengandung berbagai logam berat yang dapat merembes ke sistem air tanah dan dapat mencemari air tanah sekitar. Potensi bahaya akibat rembesan ke dalam air tanah seringkali tidak terpantau akibat lemahnya sistem pemantauan perusahaan-perusahaan pertambangan tersebut. Di pulau Bangka dan Belitung banyak di jumpai lubang-lubang bekas galian tambang timah (kolong) yang berisi air bersifat asam dan sangat berbahaya.

Kedua, air asam tambang. Air asam tambang mengandung logam-logam berat berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dalam jangka panjang. Ketika air asam tambang sudah terbentuk maka akan sangat sulit untuk menghentikannya karena sifat alamiah dari reaksi yang terjadi pada batuan. Sebagai contoh, pertambangan timbal pada era kerajaan Romawi masih memproduksi air asam tambang 2000 tahun setelahnya. Air asam tambang baru terbentuk bertahun-tahun kemudian sehingga perusahaan pertambangan yang tidak melakukan monitoring jangka panjang bisa salah menganggap bahwa batuan limbahnya tidak menimbulkan air asam tambang. Air asam tambang berpotensi mencemari air permukaan dan air tanah. Sekali terkontaminasi terhadap air akan sulit melakukan tindakan penanganannya.

Ketiga, tailing. Tailing dihasilkan dari operasi pertambangan dalam jumlah yang sangat besar. Tailing mengandung logam-logam berat dalam kadar yang cukup mengkhawatirkan, seperti tembaga, timbal atau timah hitam, merkuri, seng, dan arsen. Ketika masuk kedalam tubuh mahluk hidup logam-logam berat tersebut akan terakumulasi di dalam jaringan tubuh dan dapat menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan. Celakanya, tidak ada aturan di Indonesia yang mewajibkan perusahaan pertambangan melakukan proses penutupan tambang secara benar dan bertanggungjawab. Kontrak karya pertambangan hanya mewajibkan perusahaan pertambangan melakukan reklamasi, dalam pikiran banyak pelaku industri ini adalah penghijauan atau penanaman pohon semata. Jauh panggang dari api.

Pemerintah Manggarai Barat tak ada salahnya belajar dari kasus-kasus dan potret pertambangan di wilayah lain dalam menghadapi invasi rezim industri keruk yang telah masuk ke Manggarai Barat. Investasi pertambangan tidak harus serta-merta dilihat dari dimensi ekonomis dengan mengabaikan persoalan lingkungan yang bersifat jangka panjang dan laten. Belajar dari banyak kasus hadirnya pertambangan di daerah yang miskin, kemakmuran bagi rakyat hanyalah ilusi, ditambah sebuah warisan jangka panjang bernama pencemaran lingkungan. Pertanyaannya, Akankah eksplorasi tambang di Bumi ”Congka Sae” tetap diLanjutkan? Semuanya ada di tangan pemerintah dan masyarakat Manggarai Barat yang mendiami tanah Manggarai Barat.

Voice of the voiceless

Akhir-akhir ini, teriakan atau rintihan kegelisahan anak negeri, khususnya orang miskin atau orang yang kurang mampu sebagai akibat dari adanya rencana pemerintah untuk menghapus subsidi BBM serta menaikan harga BBM semakin kian keras.

Desakan arus bawah/kaum marginal yang terpinggirkan akibat kebijakan pembangunan yang salah untuk bersuara sudah semakin kuat. Gumaman mereka kini mulai diikuti oleh cendikiawan muda Indonesia yakni kalangan pelajar dan mahasiswa. Tidak heran, Kemarin Hingga hari ini BEM UI se-indonesia mengadakan aksi turun ke jalan untuk menyuarakan suara rakyat, suara kaum lemah, arus bawah yang tidak didengarkan atau pura-pura tidak didengar oleh para wakil rakyat di Parlemen di Tahtah senayan. Sepertinya rakyat kurang percaya lagi dengan wakil rakyat. Karenanya dengan caranya sendiri, parlemen jalanan menyuarakan aspirasi rakyat banyak.Parlemen sebagai corong aspirasi rakyat yang mengawasi dan memberikan masukan kepada pemerintah sepertinya tidak mampu lagi menampung aspirasi rakyat.

Momentum peringatan 100 tahun kebangkitan Nasional rupanya harus menjadi moment untuk merefleksikan perjalanan bangsa Indonesia, khususnya dalam memaknai 63 Tahun Kemerdekaan dan menjadi moment untuk membangun kembali rasa kebangsaan kita sbagai sebuah bangsa yang bermartabat. Seabat kebangkitan nasional yang kita rayakan tahun ini menjadi moment untuk membangun dan mengentaskan benih-benih kemiskinan. Kalau Dulu kita berjuang untuk merdeka dan terlepas dari penjajahan bangsa lain. Kini kita berjuang untuk membebaskan diri dari kemiskinan. Namun Apa sebenarnya yang menjadi factum primum dari kemiskinan di negeri ini?

Kemiskinan masih menjadi momok dan batu sandungan dalam pembangunan di negeri ini. Kemiskinan masih dan terus saja ada sepanjang negara ini masih dikelola secara salah. Salah urus negara menjadi biang prahara munculnya kemiskinan. Karena miskin orang akhirnya turun ke jalan untuk menjadi pengemis, tukang minta-minta. Karena tersingkir oleh pembangunan, banyak orang di kota yang tidak mempunyai rumah tinggal yang tetap, Karena penggusuran, banyak orang menjadi miskin, karena bencana alam yang menimpa warga, rakyat menjadi miskin. Kalau alam sukar untuk diprediksi; akan tetapi kalau miskin karena kebijakan pembangunan yang salah ini harus dilawan. Tidak heran kalau akhir-akhir ini semakin banyak orang turun ke jalan untuk berteriak. Beteriak melawan kebijakan pemerintah, kebijakan pembangunan yang berkedok untuk mensubsidi rakyat.

Kalau kondisi saat ini saja banyak rakyat miskin di kota dan desa yang terlilit kemiskinan, apa lagi kalau BBM naik. Semuanya pasti ikut naik. Apalagi barang-barang kebutuhan pokok. Pasti akan naik. Ekses dari kenaikan BBM itu merambat kemana-mana. Untuk masyarakat miskin kota hal ini akan menjadi ”Bumerang” dan akan menggerogoti hidup mereka. Orang miskin memang tak bisa bersuara,mereka hanya bisa bergumam dalam diam. Mereka buta politik itu dan ini. Mereka tidak tahu soal IMF, tidak kenal inflasi atau APBN. Yang mereka tahu, Presiden mereka sekarang adalah SBY dan wakil Presiden mereka adalah JK. Tentang lebih jauh tentang kebijakan moneter Indonesia , wah......... gelap seperti apa itu, merka sepertinya gak tahu apa-apa; tetapi jangan salah, sebuah pemerintahan dalam sebuah negara bisa tumbang kalau suara dari kaum tak bersuara, ”voice of the voicelless” tidak di dengar oleh pemerintah. Karena Revolusi pasti akan terjadi. Dan Revolusi yang didukung oleh rakyat, apalagi kalangan terpelajar seperti Mahasiswa dan rakyat banyak akan menghasilkan sebuah perubahan. Perubahan bisa kearah yang baik; bisa juga ke arah yang buruk. Karena itu jangan dipandang dan dianggap ”sebelah mata.”

Kembali ke Persoalan BBM, Sebuah pilihan yang sulit bagi Pemerintahan SBY & JK. Alasan untuk menaikan harga BBM hingga kini belum bisa diterima oleh rakyat, apalagi oleh kalangan ekonomi menengah kebawah dan kaum miskin. Kalau saya boleh berpendapat seperti ini: BBM boleh dinaikan kalau dengan tujuan untuk mensubsidi kaum miskin/rakyat miskin; kalau begitu BLT Plus jangan hanya untuk tiga bulan atau beberapa bulan saja, tetapi setiap bulan. Kalau demikian adanya, rakyat pasti tidak protes apalagi harus turun ke Jalan untuk berunjukrasa / berdemo.......... Asyik kan??????

Agamaku agama kasih

Akhir-akhir ini tindakan kekerasan yang berlatarkan agama sebagai benih konflik mulai terkuak lagi di bumi persada. Setidaknya, kasus Ahmadiah yang hingga kini belum menuai titik terang telah menimbulkan gesekan dan kekisruhan di tengah masyarakat, khususnya di kalangan Islam. Namun sebenarnya, apa yang dicari atau apa yang mau dipecahkan dalam persoalan ini?

Yang aku tahu, agama tidak mengajarkan kekerasan, demikianjuga ia tidak mengajarkan pemeluknya untuk saling mencemooh dan melukai satu sama lain. Apalagi agama Islam, Katolik, Hindu, Buddha dan agama Kristen yang diabsahkan keberadaanya di bumi persada, Indonesia. Lalu apa yang membuat orang bertindak brutal kepada sesamanya; padahal kalau ditilik dari sudut dan kaca mata manapun, manusia adalah makhluk beradab yang menghargai dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM), termasuk kebebasan untuk menjalankan agama dan kepercayaannya.

Keberadaan manusia sebagai makhluk beragama dan makhluk beradab sudah dibuktikan sebagai penegak moral manusia dari masa ke masa. Seandainya agama itu rekaan dan rekayasa manusia, jelas keberadaan agama-agama itu di tengah kegermelapan dunia modern sudah hancur dan punah; namun kenyataannya agama tumbuh dan masih tetap diminati makhluk ciptaan yang bertitel ”Manusia” di Pelanet bumi ini.

Kasih adalah segalanya dalam agama, apalagi dalam agama Katolik ataupun protestan yang mengidolakan Yesus Kristus sebagai tokoh sentralnya. Agama Islam sebagai agama samawi menempatkan Nabi Muhammad saw sebagai tokoh sentral mengajarkan kasih walau dalam bahasa dan cara yang berbeda tidak menginginkan kekerasan; dalam hal Jihad pun, kekerasan tidak boleh menjadi pilihan utama. Jihad yang sesungguhnya adalah jihad melawan diri sendiri untuk menguasai dan mengendalikan diri dan bertindak adil dengan yang lain. Agama Hindu mengajarkan aksi tanpa kekerasan dan menghormati ciptaan yang lain. ”Wei wu wei” Aksi tanpa kekerasan sebagaimana diteladani Gandhi, tokoh fenomenal dari negeri India. Agama Buddha yang menempatkan sang Budha Gautama sebagai tokoh sentralnya juga mengajarkan Kasih dan penguasan diri. Singkatnya, tiada satu agama dan ajaranya tidak mengajarkan Kasih atau membenarkan tindakan anarkis.

Lalu, apa yang membuat orang lupa mengejawantahkan ajaran agama yang mulia, yaitu ”kasih” dengan membiarkan ”kekerasan” muncul? Kembali kepada fitra manusia. Manusia tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki dan inilah ”dosa” manusia yang membedakannya dengan malaikat sebagaimana di ikhtiarkan dalam agama Islam.

Ada beberapa alasan mengapa agama menjadi factum primum kekerasan: pertama, adanya pemahaman yang sempit tentang agama sendiri atau keyakinan agama sendiri. Di sini pemeluk agama meyakini secara ”berlebihan” bahwa ajaran agamanyalah yang paling benar dan memandang rendah keyakinan agama dari pemeluk agama yang lain dengan mengkafirkan yang lain. Pandangan ini memunculkan beberapa pandangan ekstrim, antara lain: Fundamentalisme agama dan garis keras dalam agama. Di sini, militansi dan apologia teoretis terhadap keyakinan agamanya menjadi yang paling benar. Dengan demikian, penistaan terhadap ”kebenaran” ini menimbulkan luka di hati pemeluknya. Luka akibat ”rasa” penistaan inilah yang melahirkan ”niat” untuk mebela agama secara militan dan ini akan memunculan tindakan pengrusakan atau anarkisme terhadap kelompok lain.

Selain Alasan di atas, hal yang menjadi penyebab dari lahirnya tindakan kekerasan dalam diri pemeluk agama adalah: mengerti salah tentang ajaran agama sendiri. Di sini kebenaran ajaran agama dipahami secara keliru dan kurang mendalam atau dangkal. Pemahaman ini melahirkan sikap inklusivisme agama. Tidak mau bergaul dengan pemeluk agama yang lain karena menganggap yang lain sebagai agama yang tidak benar dan menganggap diri paling benar.

Inklusivisme agama seperti ini memandekan dan mengkerdilkan dialog. Dialog menjadi buntu dan akibatnya, tiap pemeluk agama membuat tembok untuk membentengi diri dari pengaruh dan pembauran dengan yang lain. Di sinilah sisi negatif dari inklusifisme agama itu. Orang akan curiga ada apa di balik ”tembok” inklusifisme itu? Kecurigaan melahirkan konflik dan anarkisme menjadi anak pinaknya.

Kalau demikian adanya, sinyalemen agama sebagai penebar ”kasih” menjadi selogan tanpa makna karena agama akan melahirkan Anarkisme dalam diri pemeluknya; padahal agama, apapun namanya pasti mengajarkan ”kasih” dan bukan anarkisme”.

Kembali kepada persoalan Ahmadyah yang kini mencuat ke ranah publik. Kini muncul pertanyaan, siapa yang paling bertanggungjawab terhadap pelbagai tindakan anarkis terhadap pengikut Mirza Ghulam Ahmad dari negeri India itu? Kini yang terjadi saling tuduh dan menuduh. Yang satu (Islam di Indonesia) mengklaim diri sebagai yang benar dan mengkafirkan Ahmadyah sehingga harus diluruskan. Sementara itu pengikut Ahmadyah kini dalam kebingungan, ”Ahmadiyah sudah ada di bumi persada ini puluhan tahun dan mereka mengakui diri sebagai ”Islam” dan bukan yang lain. Ini soal ”ormas” sama seperti NU, Muhamadyah dan yang lainya.

Fatwa MUI tentang keberadaan Ahmadyah sebagai yang ”sesat” menjadi perhatian kini. Namun fatwah tetap fatwa, Ahmadyah tetap menjalankan aktivitas keberagamaannya di tengah tekanan dari berbagai kalangan Islam untuk membubarkan Ahmadyah sebagai tindak lanjut dari fatwa MUI itu. Siapa yang bertanggungjawab terhadap tindakan anarkis sebagian kalangan yang mengatasnamakan Islam dalam tindakannya?

Patut direnungkan dan diselami bahwa kebebasan beragama memang dijamin penuh oleh konstitusi. Dalam UUD 1945 pasal 28 E ayat (1) disebutkan bahwa setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya. (2) Mereka juga berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan dan menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

Lalu dalam pasal 29 ayat (2), negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Jaminan kebebasan ini bahkan dikukuhkan dengan UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak-hak Asasi Manusia (HAM).

Selanjutnya dalam UU No 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Konvenan Internasional Terhadap Hak-Hak Sipil dan Politik (pasal 18 ayat 1) juga disebutkan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan, dan beragama. Bahkan tidak seorang pun boleh dipaksa, sehingga mengganggu kebebasannya untuk menganut atau menerima suatu agama atau kepercayaannya sesuai dengan pilihannya.

Hak dan kebebasan Jemaat Ahmadyah Indonesia dalam memeluk keyakinan memang harus dihormati. Tetapi, di negara mana pun di muka bumi ini, tidak ada satu kebebasan pun yang bersifat absolut. Jadi atas nama kebebasan itu, tidak serta merta siapa pun juga boleh menjungkir-balikkan ajaran-ajaran baku agama.

titip rindu buat ayah

Ayah

Aku rindu parasmu

Aku ingat candamu

Senyummu

Tawamu yang unik

Keceriaanmu

Kesopananmu

Kepolosanmu

Kehadiranmu

Keseriusanmu

Keanggunanmu



Ayah

Kurindu

Sapaanmu

Sentuhan tangan lembutmu

Pancaran kebahagiaanmu

Rona matamu

Decak kagummu

Panggilanmu

"tuakmu"

"timpesmu"

Air kelapamu

Sapamu

Salammu

Gurauanmu



Ayah

U'r the best

My everithing

and my hero



Ayah

Superstar

Sutradara kehidupanku

Pemberani

Pemburu

Pantang menyerah

Jalan keluar

Segalanya

Setia

Dan sabar



Ayah

Kutulis ini

Sebagai sapa

Kutitip rindu buatmu

Lewat kata yang terucap

Karena

Kau terlampau jauh

Untuk digapai

Dan mendahului aku

Ke langit surga



Ayah

Doaku menyertaimu

AMIN.



Jakarta, 13 Maret 2009

Selasa, 10 Maret 2009

A'qu Lebih Memilih Q'Mu

Sungguh ......
Inikah namanya Kesungguhan
Tulus ......
Inikah namanya kejujuran
Bagus ......
Inikah namanya pujian
Wajar ......
Inikah namanya Canda
Perih ......
Inikah namanya Rasa

Diam ........
Inikah namanya sebel
Indah ..........
Inikah namaya seni
Q'mu ......
Inikah namanya sapa
A'qu ......
Inikah nama Q'mu

Kalau A'qu sama dengan Q'amu
Aqu lebih memilih Q'mu.

Jakarta, Rabu, 11 Maret 2009

*"Sandalisme"

Prabowo Subianto jujur ketika mengatakan, ”Sekarang saya jadi agak menyesal juga tidak melakukan kudeta.” Prabowo, calon presiden Partai Gerindra, mengucapkan pernyataan itu di kantor DPP-PPP, Senin (15/12).
Makin banyak yang buka mulut tentang masa lalu, makin terang benderanglah sejarah bangsa. Ingat slogan Bung Karno, ”Jas Merah” alias ”Jangan Sekali-sekali Melupakan Sejarah”?
Jangan ”menyapu sampah ke bawah karpet” seperti Jerman dan Jepang menyembunyikan aib Hitler dan fasisme Perang Dunia II. Pembelokan sejarah hanya menyuburkan kebodohan.
Sebelum Prabowo, BJ Habibie dan Wiranto angkat bicara tentang kerusuhan Mei 1998. Tak sedikit kalangan di Jakarta pada hari-hari penting itu mafhum ada indikasi percobaan kudeta.
Fakta itu membuktikan sejarah akrab dengan kekerasan. Wong mau merdeka saja sempat menculik Bung Karno dan Bung Hatta sehari sebelum 17 Agustus 1945.
Sejak saat itu kultur kekerasan bak jamur pada musim hujan. Bentuknya, pengkhianatan, pemberontakan, pembunuhan, kerusuhan, penculikan, dan pendongkelan.
Pengkhianatan sudah dimulai tahun 1948 di Madiun sampai 1965 di Jakarta. Bahkan, ada ”pengkhianatan mini” pada peristiwa 17 Oktober 1952 dan Penodaan Pancasila 1 Juni 2008 di Monas.
Ada pemberontakan RMS, Daud Beureuh, Kartosuwirjo, atau PRRI/Permesta. Anehnya, tiap pemerintah malah curiga dan cepat panik menghadapi ”pemberontakan” buruh dan mahasiswa prorakyat.
Pembunuhan beraneka, mulai dari eksekusi perseorangan sampai pembantaian. Ia tak cuma bersifat fisik, tetapi nonfisik, seperti pembunuhan kreativitas novel bagus, buku sejarah, atau film bermutu.
Kerusuhan menjadi menu favorit, baik versi yang disetel elite, seperti Malari 1974, maupun versi pascapilkada. Menu kerusuhan diakhiri hidangan penutup ”ganyang” kaum minoritas dan para pembela Bhinneka Tunggal Ika.
Penculikan bukan cuma dialami kedua Proklamator, tetapi juga jenderal, politisi, aktivis, sampai artis. Tiap tahun sejak medio 1950-an sampai 1965 selalu merebak rumor kudeta terhadap Bung Karno.
Nah, Wiranto berbicara tentang surat penyerahan kekuasaan dari Presiden Soeharto tahun 1998. Prabowo agak menyesal tak mengudeta Presiden BJ Habibie.
Namun, kudeta tak seperti membalikkan telapak tangan. Akan terlalu banyak kalangan antikudeta di dalam maupun luar negeri.
Sejarah bak air sungai yang mengalir sesuai keinginannya sendiri. Sia-sia bagi siapa pun yang mencoba membendungnya walau masih mungkin bagi Anda nyemplung ke kali.
Mereka yang berminat pada kekuasaan tentu boleh bermimpi. Namun, mereka juga wajib mencamkan baik-baik pepatah vox populi vox dei (suara rakyat adalah suara Tuhan).
Nah, aneka kekerasan akan absen jika semua pihak menjunjung tinggi demokrasi. Itu sebabnya rakyat berharap kepada calon-calon presiden—termasuk Prabowo—yang berminat memimpin negeri ini.
Apalagi, tahun depan pilpres berbenturan dengan tsunami ekonomi. Pilpres peluang bagi pemimpin untuk membuktikan diri menyelamatkan bangsa dari krisis multidimensi.
Rakyat akan memilih pemimpin yang rajin bekerja, bukan yang pandai bicara, apalagi kekecewaan rakyat, yang makin hari makin apatis, sudah sampai di leher alias nyaris tumpah jadi muntah.
Rakyat berhak memuntahkan rasa kecewa, termasuk melempari aneka benda. Budaya lempar tak ubahnya upacara yang sudah dikenal sejak dahulu kala.
Umat Muslim yang beribadah haji wajib melakukan lempar jumrah. Anda dipersilakan melempar koin di Fontana di Trevi, Roma (Italia), konon untuk mendapat jodoh atau kembali berkunjung ke Roma.
Orang Jepang melempar koin tiap Tahun Baru sebagai rasa syukur sambil mengharapkan berkah. Rakyat Chad kalau kecewa melempari pemimpinnya dengan sepasang celana.
Presiden AS George W Bush kena batunya, untung sepatu gagal mendarat di kepalanya. Itu pelajaran bagi pemimpin yang gemar ”melempar” kebohongan massal ke seluruh dunia.
Sang wartawan membuktikan sepatu lebih ampuh daripada pena. Para pengawal pribadi Bush lengah karena ngelamun membayangkan betapa lebih enaknya mengawal Presiden Barack Obama.
Bush mengaku bahagia karena akhirnya bisa membuktikan Irak memiliki foot wear of mass destruction (alas kaki pemusnah massal). Ia bangga karena mampu menghindari serangan shoe-icide bomber.
Banyak yang kagum kepada sang pelempar sepatu karena ia melakukan pelecehan—bukan kekerasan. Ia membuktikan sosok Bush lebih rendah dibandingkan sepatu yang melindungi kaki dari kotoran.
Dan, sang wartawan tidak bersikap ”melempar batu sembunyi tangan”. Banyak orangtua yang ingin menikahkan putri mereka dengan sang wartawan yang kini masih meringkuk di tahanan.
Tiap orang paham kekecewaan sang wartawan karena serbuan pasukan AS menewaskan 600.000 korban.
Saya bayangkan bagaimana jika sepasang sepatu itu diganti dengan sepasang sandal jepit yang terbuat dari karet. Toh, sandal karet takkan membuat kepala benjol. Dengan demikian, bisa dikatakan bukan kekerasan ala ”vandalisme”, hanya ”sandalisme” yang bersifat hiburan.
* Diambil dari harian Kompas "Sabtu, 20 Desember 2008 01:06 WIB