Jumat, 23 Oktober 2009

First in My Life

By: Romald Kahardi

First in my life. Tepatnya pada hari Minggu tanggal 11 Oktober 2009 yang lalu, aku mengalami pengalaman yang unik dan seru. Aku bersama istriku yang di doakan / dipestakan bersama lima pasang keluarga baru di lingkungan Yayasan pendidikan Charitas Jakarta mendapat kejutan dari panitia acara untuk menunggang kuda. Tidak tanggung-tanggung, tiga ekor kuda di hadirkan dalam acara ini. Kalau menunggang kuda itu memang hal yang biasa buat saya karena kuda adalah mainan saya dikala SD di Flores sana. Namun menunggang kuda hari itu adalah sesuatu yang luar biasa. Betapa tidak, aku dan istriku Tupa bersama dua pasang keluarga baru yang dipestakan hari itu menunggang kuda dan diarak ke tenda pesta. Ada rasa takut, canggung dan cemas, tapi dalam kecemasan dan canggungku itu ada rasa bahagia yang tersembunyi. Ya.... biasa..... demam panggung...... bayangkan diantara kerumunan banyak orang aku dan istriku diarak dari luar tempat pesta menuju panggung utama tempat acara berlangsung. Semua orang bertepuk tangan dan bersorak ria. Aku bahkan tak bisa membayangkan bagaimana kacaunya hati saya waktu itu......... kacau campur senang karena akhirnya apa yang aku cemaskan diawal menunggang kuda bersama istriku yaitu, jatuh....., kudanya takut dan berontak..... tidak terjadi dan semuanya berjalan dengan baik.

Hari yang istimewa dalam hidup dan pasangan hidupku. First in my life. Acara syukuran mantenku bersama kelima pasang keluarga baru yang lain dirayakan bersamaan dengan perayaan syukur 30 Tahun Yayasan Pendidikan Charitas hadir di Jakarta dan 800 tahun gerakan Fransiskan di dunia. Acara ini juga menjadi luar biasa karena: Perayaan ekaristinya dipimpin oleh seorang uskup, yaitu Uskup Bogor, Mgr. Michael Cosmas Angkur, OFM. Ada tari-tarian, ada pelepasan 11 ekor burung merpati putih, musik pengiring paduan suara adalah musik gamelan yang pemainnya adalah siswa-siswi SMA Charitas. Ada penampilan eksentrik dari TK, SD, SMA dan SMA Charitas. Ada angklung, ada gamelan lebih seru dan khikmat karena ada “Lagu Ave maria karangan J. S. Bach yang dilantunkan oleh Verina, salah seorang siswa kelas X SMA Charitas dan lagu The Prayer yang dilantunkan oleh dua orang siswa SMA Charitas, yakni Carla dari kelas X dan Hadi dari kelas XII IPS membahana membelah semarak perayaan siang itu.

Tidak hanya itu, perayaan siang itu menjadi lain dari biasanya dengan hadirnya tiga grup band SMA Charitas yakni The Scarz dari kelas XII IPA, The Last Poopies dari kelas XII IPS dan The Gezit dari kelas XI. Ketiga Grup Band ini tampil mengesankan dengan keunikannya masing-masing. The Scarz dengan vokalis Inna, Marvin pada Bass, Markus pada keyboard dan gege pada Guitar dengan apik dan sempurna membawakan lagu Sempurna, aku cinta Dia dan Prahara Cinta. Selanjutnya Tashya dari Band The Last Poopies berhasil membawakan lagu: Maafkan, Sinaran dan Dia. Penampilan Grup band ini sangat memukau karena mereka membawakan lagu dalam nada akustik. Kedua gitaris The Last Poopies Kevin dan Aris mampu menghentak adrenalin para undangan untuk menyaksikan penampilan mereka. Selain itu Duet vokalis the Gezit, Andre dan Inge menambah semarak acara siang itu dengan penampilan mereka dengan lagu Tears in heaven. Lagu ini diaransemen ulang oleh The Gesit dengan menggunakan irama reage yang indah. Adapun personil The Gezit adalah: Andre dan Inge pada Vokal, Michael pada guitar, Ones pada Bass dan Anley pada Drum. Seru deh.... profisiat baut kamu semua. Kehadiran anda di datas Panggung membuat suasana pesta / perayaan menjadi semarak dan meriah.

Selain itu, hari ini menjadi lain dari biasanya karena untuk pertama kalinya aku dan istriku mengenakan pakaian adat Manggarai warisan budaya adat leluhur: Songke Manggarai, Peci Manggarai dan Selendang Manggarai. Maka jadilah......” Songke Manggarai indangno...... Kelima pasangan yang lainpun mengenakan pakaian adat masing-masing. Jadi hari itu, budaya Manggarai disandingkan dengan budaya Jawa, dan budaya Batak; walau hanya dalam hal pakaian. Saya pikir, budaya boleh beda dan pakaian adat boleh beda tapi persaudaraan dan kekeluargaan adalah yang utama. Karenanya, Mgr. Michael Cosmas Angkur, OFM bilang dalam kotbahnya, ” Hendaknya kita menjadi berkat bagi sesama dimanapun kita berada”. Hal ini juga selaras dengan tema yang menjadi inti permenungan dalam perayaan agung ini, ” DIBERKATI UNTUK MENJADI BERKAT.”

First in my life. Aku bersama pasangan hidupku menunggang kuda dengan mengenakan pakaian adat Manggarai. Seru dan eksentrik. Diarak ’bak raja keraton....... Terima kasih buat semua, khususnya buat panitia perayaan yang membuat perayaan kali ini menjadi unik dan bermakna. Doaku menyertaimu semua dan Tuhan memberkati. Dan ingat biarlah berkat Tuhan yang kita peroleh dibagikan dan diwartakan kepada sesama dimanapun kita berada!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar