Kamis, 01 Juli 2010

Jabulani diantara himpitan Vuvuzela

Oleh : Romald Kahardi

The Jabulani is the official match ball for the 2010 FIFA World Cup. The ball, created by sports manufacturer Adidas, was developed at Loughborough University in the UK, and was unveiled in Cape Town, South Africa on December 4, 2009. Jabulani means "rejoice" or "bring joy and happiness" in Zulu. A gold colour version Jo'bulani is for the World Cup final and an orange colour version Jabulani Powerorange is for snow game.

Panggung akbar Piala dunia Afrika selatan tahun 2010 kini telah memasuki babak perempat final.
Ada banayak kisah
cerita dan kabar dari bumi Afrika
Afrika selatan.
Ada tangis dan derai air mata
ada suka cita dan kegembiraan
ada yang lompat-lompat kegembiraan
ada yang mengacungkan tangan
ada teriakan hieteris
dengungan lagu kebangsaan
ada atribut nagara-negara peserta
ada sorakan
teriakan
teriakan golllllllll...
wah....
ada lagu- ost FIFA world CUP 2010
ada jabulani dan ada Vuvuzela.

Aku amat tertarik untuk mengulas tentang keberadaan Jabulani, si kulit bundar yang dimainkan, digiring dan yang dijebolkan kr gawang lawan oleh para pemain bola di Afrika selatan serta riuh-rendah auman vuvuzela, trompet khas Afrika yang ditiupkan penonton dan suporter dari teribun penonton. Vuvuzela. Aku memberikan julukan dan nama untuk vuvuzela ini "lebah bibir" dari Afrika.

Ada apa dengan Jabulani?

Sejak awal babak penyisihan grup, jabulani sudah menuai kritik dan protes dari insan sepak bola...... menurut mereka, Jabulani, si kulit bundar yang digunakan di Piala dunia kali ini, terlalu ringan dari ukuran Bola pada umumnya. Hal ini menyebabkan pemain susah dan sulit untuk memprediksi arah bola yang akan di kick. Selain itu Jabulani ini juga membuat penjaga gawang haris berekstra keras menjinakkan jabulani yang ditendang para pemain lawan ke muut gawang. Salah-salah bisa terjadi blunderrrrrrrrrrr............... Arah bola yang tak jelas dan tak menentu...... dan yang paling menantang saya adalah, anggapan dari banyak pelatih timnas, pengamat sepak bola dan pemain adalah : tudingan Jabulani sebagi alasan penceklik Gol di Piala Dunia kali ini. Walaupun kadang hati kecil saya bergumam, kalau ini benar, mengapa gol-gol indah dan menawan di Piala dunia 2010 Afrika selatan???? Bukan hanya itu, masih ada lagi protes dan kritik yang lain..............!! Semua kritik dan protes itu ditujukan kepada FIFA sebagai penyelenggara Piala Dunia......... Di tengah riuh dan omongan miring terhadap keberadaan jabulani di kancah FIFA world cup 2010 Afrika selatan ini masih ada harapan dan jawaban FIFA terhadap Jabulani dengan mengagendakan penggantian jabulani di partai final nanti ...."JO'bulani". Kita tunggu Apa sih bedanya jabulani dan Jo'bulani itu.... dan gimanasih Jo'bulani itu? Kita tunggu di Partai Final nanti.....!

Ada apa dengan Vuvuzela?

The vuvuzela (pronunciation: /vuːvuːˈzɛlə/), also known as lepatata (its Tswana name) is typically a 65 cm (2.13 ft) plastic blowing horn that produces a loud, distinctive monotone note, typically around B♭3[1] (the B♭ below middle C).[2] A similar instrument, known as the corneta, is used in Brazil and other Latin American countries. Many types of vuvuzela, made by several manufacturers, may produce varying intensity and frequency outputs.[3] The intensity of these outputs depends on the blowing technique and pressure exerted.[3]

Traditionally made and inspired from a kudu horn, the vuvuzela was used to summon distant villagers to attend community gatherings.[4][dubious – discuss] The vuvuzela is most used at soccer matches in South Africa,[5] and it has become a symbol of South African soccer as the stadiums are filled with its loud and raucous sound that reflects the exhilaration of supporters.[4] The intensity of the sound caught the attention of the global soccer community during the 2009 FIFA Confederations Cup in anticipation of South Africa hosting the 2010 FIFA World Cup.[4]

The vuvuzela has been the subject of controversy. Its high sound pressure levels at close range can lead to permanent hearing loss for unprotected ears after exposure,[6] with a sound pressure of 120 dB(A) (the threshold of pain) at 1 metre (3.3 ft) from the horn opening.[4]

suara Vuvuzela yang menggema di Stadion tempat perhelatan akabar pila dunia Afrika Selatan 2010 membuat pelatih dan pemain berang. Tidak hanya itu, Wasit yang memimpin pertandinganpun agak risih dengan suara vuvuzela. Susra vuvuzela yang mirip dengan suara lebah yang terbang itu memekakkan telinga. Kontroversi vuvuzela kian meruncing dan walaupun demikian , nyatanya hingga kini vuvzela tetap eksis di Piala dunia Afrika Selatan 2010. Vuvuzela adalah khas Afrika dan tidak satu orang pun yang berani melarangnya. kalau di Eropa Bunyi marching band yang mendominasi, ya.... Afrika vuvuzela dong....! viva FIFA world cup 2010 dan viva VUVUZELA Afrika Selatan.

Hahahahaha.... janga salahkan Vuvuzela, jika Tim kesayangan Anda pulang dan angkat koper lebih dulu dari bumi Afrika; dan jangan salahkan Jabulani jika tim kesayangan anda pamit lebih dulu dari Afrika; akan tetapi akuilah bahwa tim negara lain lebih baik kualitas pemain dan kualitas timnya dari tim kesayangan Anda! akhirnya kita tunggu kejutan lain dari Jabulani dan vuvuzela Afrika selatan!